20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Perspektif Sosiologi Tentang Radikalisasi Agama Kaum Muda<br />

yang ada di Yogyakarta, termasuk sekolah-sekolah unggulan bahkan<br />

sekolah berstandar internasional. Mereka menegosiasikan kepentingan<br />

keislamannya dengan melawan struktur yang dilakukan melalui agencyagency<br />

yang dirawat melalui jaringan alumni sekolah tersebut (LKiS dan<br />

CRCS, 2011).<br />

Berbagai aktivitas keislaman misalnya, membuat pesantren sekolah<br />

negeri yang dikelola dalam program Pesantren Kilat sekolah Negeri.<br />

Terdapat sikap yang sebenarnya biasa saja tetapi kemudian menjadi<br />

mencuat kepermukaan soal celana congklang untuk siswa laki-laki<br />

sehingga memunculkan sebutan “pikacong” yakni pria kathok congklang<br />

(pria dengan celana diatas mata kaki/congklang) menjadi ejekan oleh para<br />

siswa yang tidak tergabung dalam mushola sekolah atau pesantren kilat<br />

dan Rohis. Sementara itu mereka juga tidak bersedia bersalaman dengan<br />

lawan jenis sebab hal itu dianggap sebagai haram, karena bukan muhrim<br />

(mahram) untuk menyebut pria atau wanita yang banyak. Persoalannya<br />

di mana kemudian menjadi besar dan dikatakan radikal? Disini muncul<br />

problem bahwa yang benar menurut mereka adalah mereka sementara<br />

yang tidak turut pesantren kilat dan Rohis berada dalam kelompok kufur<br />

dan tidak kaffah.<br />

Persoalan kaum muda yang radikal semakin membuat kita prihatin karena<br />

berdasarkan laporan survei LaKIP (Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian)<br />

memberikan gambaran yang memperkuat dugaan radikalisasi dikalangan<br />

kaum muda (youth) terutama siswa SMP dan SMA di kawasan Jabodetabek<br />

(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) memberikan indikasi<br />

tentang aksi-aksi radikal yang mereka dukung dan berani lakukan<br />

sebagai bagian dari jihad. Mereka tampaknya mendapatkan dukungan<br />

yang cukup luas dari kalangan anak muda di sekolah sekolah tingkat<br />

SMP dan SMA.<br />

Ketika ditanyakan kepada mereka kepada 100 sekolah di Jabodetabek,<br />

dengan 590 guru, tentang apakah bersedia terlibat dalam aksi kekerasan,<br />

sebanyak 48,9% bersedia mendukung. Ketika ditanyakan apakah yang<br />

dilakukan Noordin M Top, itu dapat dibenarkan, sebanyak 14,2%<br />

siswa menyatakan dapat membenarkan. Sementara ketika ditanyakan<br />

apakah setuju dengan pemberlakuan syariat Islam sebanyak 84, 8 (85%)<br />

menjawab setuju. Sementara ketika ditanyakan apakah Pancasila masih<br />

relevan sebagai dasar Negara sebanyak 25,8% atau 26% menjawab tidak<br />

62<br />

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!