20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Arif Koes Hernawan dan Khelmy K. Pribadi<br />

Manusia Siuman<br />

Jika menilik pada genealogi pemikiran dan gerakan yang dilakukan oleh<br />

Ahmad Bahruddin, tidak berlebihan jika, segala teori pembebasan, di<br />

tangan Ahmad Bahruddin telah berubah menjadi aksi. Ahmad Bahruddin<br />

menjadikan Freire sebagai jangkar ideologis tentang praktik pembebasan,<br />

namun juga sekaligus meniupkan ruh teologi Islam Transformatif a la<br />

(almarhum) Moeslim Abdurrahman dalam segenap kerja-kerja sosialnya.<br />

Keyakinan bahwa pembebasan dimulai dari Desa. Pemerdekaan diawali<br />

dengan memerdekakan desa. Desa sebagai pe<strong>no</strong>pang keadilan yang<br />

genuine.<br />

Ketika kehidupan manusia urban abai pada esensi kehidupan yang<br />

mengedepankan kemanusiaan, keadilan, kesetaraan dan pluralisme,<br />

maka Bahruddin menjawabnya dengan mendorong lahirnya masyarakat<br />

desa yang berdikari. Tak hanya dalam hal eko<strong>no</strong>mi, namun juga berdikari<br />

dalam mendidik generasi muda. Pendidikan yang berbasis komunitas<br />

adalah jawaban dari keberlangsungan gagasan besar Bahruddin tentang<br />

kemandirian dan kemerdekaan masyarakat desa. Pendidikan yang<br />

digagas Bahruddin tak lain adalah kritik tajam bagi pendidikan di negeri<br />

ini, yang seringkali bongkar pasang kurikulum, tapi tak berbuah banyak<br />

bagi pemanusiaan anak bangsa.<br />

Seperti halnya, anak bangsa penerima MAARIF Award yang lain,<br />

Bahruddin juga bekerja dalam ruang hampa media. Tak penting apa kata<br />

orang, ia terus bekerja untuk komunitasnya, untuk warga desa. Untuk<br />

itu, jika menilik pada percik pemikiran Buya Syafii Maarif, barangkali<br />

Bahruddin adalah personifikasi dari apa yang disebut dengan manusia<br />

siuman. Jika manusia siuman seperti Bahruddin—dan pasti masih<br />

banyak yang lain—masih ada, maka, tak ada alasan kita semua untuk<br />

pesimis bagi perbaikan bangsa ini. Melalui profil-profil persona macam<br />

Ahmad Bahruddin—dengan masih meminjam istilah Buya Syafii Maarif—<br />

sepertinya Indonesia masih tetap akan ada, setidaknya satu hari sebelum<br />

kiamat.<br />

<br />

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />

233

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!