vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Zuly Qodir<br />
dinamakan generasi tua dengan kelas sosial, yang mengarah pada adanya<br />
perdebatan tentang posisi kelas sosial antara yang tua dan muda dalam<br />
masyarakat; (4) perdebatan antara agency melawan struktur yang terjadi<br />
karena adanya kontradiksi antara peran-peran struktur sosial dengan<br />
agency sebagai faktor perubahan, dan (5) perdebatan antara perubahan<br />
struktur lawan proses sosial yang terjadi dalam masyarakat.<br />
Memerhatikan ruang perdebatan yang terjadi dalam tubuh kaum muda,<br />
maka menempatkan kaum muda sebagai bagian penting dalam diskusi<br />
tentang radikalisme termasuk radikalisme agama menjadi sesuatu<br />
yang tampaknya memang harus dilakukan secara jernih, dan cukup<br />
memadai. Sekalipun penulis memahami bahwa tulisan dalam artikel<br />
ini sangat mungkin jauh dari memadai secara sosiologis atau pun secara<br />
kuantitatif, sebab halaman yang disajikan tidaklah memungkinkan.<br />
Namun demikian penulis berupaya menjawab pertanyaan ringkas yang<br />
jawabannya tidak sederhana, apakah terdapat faktor khusus dalam diri<br />
kaum muda sehingga mereka menjadi radikal.<br />
Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan munculnya radikalisme<br />
di kalangan kaum muda dalam beragama; faktor tersebut adalah:<br />
pertama, soal mental health. Michael McCullough and Timothy Smith<br />
(2003), dalam Religion and Health: Depressive Symtoms and Mortality as<br />
Case Studies, melaporkan bahwa kesehatan mental yang ada pada diri<br />
kaum muda sebagai posisi yang sangat rentan, sehingga kaum muda<br />
gampang mengalami goncangan jiwa (depression) yang disebabkan oleh<br />
berbagai faktor dalam hidup. Depression (goncangan jiwa) muncul karena<br />
kekagetan akan datangnya kegagalan dalam hidup, kebahagiaan yang<br />
tidak dapat diraih, perkawinan atau berpasangan dengan pasangannya<br />
yang tidak membahagiakan dan hubungan yang tidak harmonis dalam<br />
keluarga mendukung munculnya krisis dan stres, kebosanan yang<br />
mendalam serta berbagai simtom untuk depresi. Kaum muda berada<br />
pada posisi yang rentan, seperti dilaporkan ahli sosiologi kaum muda<br />
asal Pennsylvania tersebut.<br />
Mental health (kesehatan mental) karena itu akan berhubungan erat<br />
dengan soal kondisi jiwa seperti kebahagiaan dan kebosanan. Kondisi<br />
sosial eko<strong>no</strong>mi yang mendorong jiwa menjadi depresi misalnya<br />
keterjeratan eko<strong>no</strong>mi, teman yang suka menipu, perilaku yang<br />
menyimpang dari ungkapan atau pembicaraan, semuanya akan dengan<br />
MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />
55