vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Gerakan Islam Syariat dan Upaya Syariatisasi<br />
Melalui Jalur Konstitusi<br />
syariat, tetapi mendukung terbentuknya kekhalifahan Islam. Komite<br />
Persiapan Penerapan Syariat Islam (KPPSI) Sulawesi Selatan lebih<br />
menekankan pada penerapan syariat Islam melalui legislasi dan tuntutan<br />
pembentukan Oto<strong>no</strong>mi Khusus untuk pemberlakuan syariat Islam<br />
dalam bingkai Negara Indonesia. Namun semua gerakan Islam syariat<br />
tersebut bertemu dalam satu titik, yakni formalisasi syariat Islam dalam<br />
institusi negara dengan strategi gerakan yang berada dalam rentangan<br />
antara membangun negeri syariat hingga negara syariat (hal 34-35).<br />
Hal ini secara spesifik dibahas dalam bab 4, yang diistilahkan dengan<br />
“Islamisasi Jalur Atas” oleh sang penulis.<br />
Meskipun hingga detik ini gerakan Islam syariat menuai kegagalan di level<br />
atas (negara), gerakan ini tak patah arang memerjuangkan penegakan<br />
syariat Islam. Bak cendawan di musim hujan, gerakan ini tumbuh subur<br />
di level bawah (kabupaten/kota dan provinsi). Hal ini terlihat dari<br />
munculnya kelompok-kelompok Islam syariat di Jawa Barat, di sejumlah<br />
daerah lain, dan di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).<br />
Di beberapa daerah, seperti Cianjur, Tasikmalaya, Indramayu,<br />
Pamekasan, dan serentak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)<br />
yang telah berhasil meraih Oto<strong>no</strong>mi Khusus dan memberlakukan<br />
syariat Islam sebagai hukum positif bagi para warganya, langkah ini<br />
menuai keberhasilan dengan diberlakukannya syariat Islam bagi para<br />
pemeluknya. Jalan masuk ke arah sana ialah melalui Peraturan Daerah<br />
(Perda) atau peraturan yang memiliki legitimasi hukum di daerahnya (hal<br />
54). Kelompok-kelompok Islam syariat di daerah-daerah ini aktualisasi<br />
gerakannya menyerupai Komite Persiapan Penerapan Syariat Islam<br />
(KPPSI) Sulawesi Selatan.<br />
Dalam perkembangannya, formalisasi syariat Islam di Indonesia diwarnai<br />
beberapa kontroversi. Hingga detik ini, di Nanggroe Aceh Darussalam<br />
(NAD) penerapan syariat Islam sebagai hukum positif terlihat begitu<br />
formal dan ketat dalam arti kata yang sebenarnya. Kasus terakhir bisa<br />
ditelusuri dari merebaknya kontroversi larangan “mengangkang” bagi<br />
perempuan yang naik motor. Sedangkan penerapan syariat Islam di<br />
daerah lain terlihat seolah hanya menjadi formalitas semata, yang hanya<br />
hangat di awal kemunculannya saja. Secara seksama, hal ini dibahas<br />
pada bab 3. Penulis yang juga menjabat sebagai salah seorang Ketua PP<br />
Muhammadiyah ini mengistilahkan hal tersebut dengan “Islamisasi Jalur<br />
240 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>