20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Anak Muda, Radikalisme, dan Budaya Populer<br />

”lama” Orde Baru......... Partai-partai juga miskin dan tak dapat<br />

membantu calon memenuhi tekanan finansial. Keterbelakangan<br />

partai-partai di tingkat subnasional telah membawa para politikus<br />

mencari basis alternatif ke arah kekuasaan, yaitu basis yang dapat<br />

memasok prasarana politik, seperti tim kampanye dan akses kepada<br />

elektorat. ”Personalisasi” politik lokal, di mana para politikus<br />

mengandalkan jaringan pengaruh yang bersifat pribadi merupakan<br />

fe<strong>no</strong>mena yang bisa diamati dari Aceh sampai Papua. Bentuk<br />

personalisasi ini menjadi amat khas di provinsi-provinsi dengan<br />

jaringan Islam kuat. Para politikus diharapkan mengakomodasi<br />

kepentingan kelompok-kelompok islamis dengan memperjuangkan<br />

penerapan perda syariah sebagai balas jasa atas dukungan politik<br />

selama pemilihan.”<br />

Pada aras budaya populer, hal ini bisa dilihat dengan munculnya<br />

fe<strong>no</strong>mena budaya populer yang bertemakan Islam, baik itu buku<br />

(<strong>no</strong>vel, puisi, cerpen, dan panduan hidup islami dan pemberi inspirasisemangat),<br />

film, musik, dan semarak pengajian di televisi yang diisi oleh<br />

para dai-entertainer. Khusus mengenai buku-buku Islam, sebagaimana<br />

dicatat oleh Hariyadi (2010: 7) dengan mengutip Garcia (2007) dan<br />

International Crisis Group/ICG (2007), jumlah terbitannya meningkat<br />

tajam bila dibandingkan dengan masa Orde Baru. Bahkan, setiap tahun<br />

lebih dari 10.00 buku. Indikator larisnya buku-buku islami bisa dilihat<br />

juga saat ada perhelatan akbar pameran buku-buku Islam (Islamic Book<br />

Fair) yang hampir setiap tahun diadakan di Jakarta. Menurut amatan<br />

Hariyadi (2010:8), pameran buku Islam yang diadakan di Jakarta pada<br />

tahun 2010, tidak hanya menjadi ajang sekedar berjualan buku, tetapi<br />

juga talkshow, ceramah, dan pelatihan-pelatihan menulis dan menjadi<br />

pribadi muslim yang baik. Tidak hanya itu, pameran buku islam tersebut<br />

biasanya memang diperuntukkan untuk kalangan muda-mudi muslim.<br />

Ini terlihat dengan design acara yang dibuat yang mengangkat tema<br />

seputar anak muda, seperti Engkau Lebih Cantik Dengan Jilbab, Bagaimana<br />

Menjadi Generasi Muda yang Modern dan Berakhlak, dan Seni Salat Khusyuk<br />

bagi Remaja.<br />

Selain itu, munculnya film-film yang bernafaskan islam, yang memadukan<br />

drama romantis dan latarbelakang lahibriditas antara budaya Indonesia,<br />

barat, dan timur tengah, dibungkus dengan “nilai-nilai” islami.<br />

Fe<strong>no</strong>mena film islami ini secara cermat dikupas oleh Katinka Van Heeren<br />

140 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!