vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Wahyudi Akmaliah Muhammad & Khelmy K. Pribadi<br />
Pengantar<br />
Dani Dwi Permana. Usianya 18 tahun. Ia memiliki postur tubuh yang<br />
tinggi, 175 cm. Pada Juni 2009, ia menamatkan sekolahnya di SMA<br />
Yadika Kemang, Bogor. Bagi teman-teman sekolahnya, ia pribadi yang<br />
menyenangkan, mudah bergaul, dan memiliki hobi bermain basket. Ia<br />
sempat menjadi marbot (petugas azan dan membersihkan masjid) di<br />
Masjid As-Surur di lingkugan Candraloka Perumahan Telaga Kahuripan<br />
serta aktif di Karang Taruna Candraloka, desa Tegal, Kecamatan<br />
Kemang, Kabupaten Bogor. Sejak awal Juni 2009, ia menghilang. Ia<br />
diketahui keberadaannya setelah melakukan bom bunuh diri bersama<br />
Nana Ikhwan Maulana di hotel JW Mariott dan Ritz-Carlton di kawasan<br />
Mega Kuningan, Jakarta pada pukul 07:47-07:57, hari Jumat, 17 Juli<br />
2009. Peristiwa itu menewaskan 9 orang korban dan melukai lebih dari<br />
50 orang, yang terdiri dari warga Indonesia dan asing (www.news.detik.<br />
com, 8 Agustus 2009; www.tempo.co, 8 Agustus 2009).<br />
Arga Wiratama. Usianya 17 tahun. Ia siswa SMK teknik mesin Negeri<br />
2 Klaten Jawa Tengah dan warga Desa Buntalan, Kecamatan Klaten<br />
Tengah. Ia dianggap bersalah oleh Pengadilan Negeri Klaten karena<br />
melakukan tindak pidana terorisme, meletakkan bom di delapan tempat<br />
berbeda di Surakarta dan Klaten pada 1 Desember 2010-21 Januari 2011<br />
bersama lima teman lainnya. Terakhir, bom diletakkan di lokasi acara<br />
Yaa Qowiyyu di Jatia<strong>no</strong>m, Klaten, pada 21 Januari 2011. Ia dikenakan<br />
hukuman tahanan selama 4 tahun, sebelumnya dakwaan yang diajukan<br />
jaksa adalah 20 tahun. Namun, mengingat usianya yang masih muda, ia<br />
mendapatkan keringanan. Ia dijerat pasal berlapis, yaitu melanggar 15 jo<br />
pasal 9 UU 15/ 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme dan pasal 1 ayat<br />
1 UU darurat 12/ 1951 (www.tempo.co, 23 April 2011; ww.arsip.gatra.com,<br />
19 Mei 2011).<br />
Dua informasi di atas setidaknya memperlihatkan bahwa arus radikalisme<br />
tidak hanya menjerat kalangan dewasa, melainkan tunas-tunas muda<br />
Muslim Indonesia. Jika ditelisik, ada banyak faktor mengapa mereka<br />
bisa terjerat dalam pemahaman radikalisme tersebut. Misalnya, di antara<br />
faktor-faktor tersebut secara umum, persoalan kemiskinan, rentannya<br />
pendidikan keluarga, masifnya jejaring terorisme kepada anak-anak muda<br />
di tengah krisis identitas yang mereka alami, lemahnya keadilan negara,<br />
dan adanya ambisi sikap Islamis pasca rezim Orde Baru yang masuk<br />
pada ruang publik. Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan pergeseran<br />
MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />
133