20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembebasan dari Desa<br />

berkesempatan mengikuti Pelatihan Metodologi Penelitian Transformatif<br />

(PMPT) yang diinisiasi oleh LIPI di Jakarta. Pelatihan ini berlangsung<br />

pada tahun 1989 selama sebulan penuh. Dalam pelatihan ini, Bahruddin<br />

banyak bertemu, belajar, berlatih dan berkomunikasi intens dengan<br />

Begawan Gerakan Sosial Transformatif berpengaruh di Indonesia. Tak<br />

kurang, deretan nama besar ilmuwan sosial Indonesia menjadi fasilitator<br />

pelatihan ini; Masri Singarimbun, Muchtar Buchori, Sajogjo dan<br />

(almarhum) Moeslim Abdurrahman. Nama yang disebut terakhir, diakui<br />

oleh Bahruddin begitu memengaruhi pola pikir dan gerakan Bahruddin<br />

di kemudian hari.<br />

Raymond Toruan—Mantan Pemimpin Redaksi The Jakarta Post—meyakini<br />

bahwa pelatihan inilah yang kemudian memerkaya kerja-kerja sosial<br />

Bahruddin. ”PMPT adalah ruang inkubasi Bahruddin. Ide transformasi<br />

Moeslim Abdurrahman 2 begitu memengaruhi cara kerja dia. Masa-masa<br />

inilah, masa-masa yang begitu berpengaruh di kemudian hari,” tuturnya.<br />

Pun begitu sebaliknya, menurut Akbar (aktivis Percik Salatiga) Moeslim<br />

juga tertarik dengan gagasan dan pribadi Bahruddin yang ‘hanya dari<br />

Salatiga’. Moeslim semakin tertarik dengan Bahruddin begitu tahu uang<br />

saku dari workshop yang diterima Bahruddin justru digunakan untuk<br />

kepentingan paguyuban. Sejak saat itu, Moeslim kerap berdiskusi dengan<br />

Bahruddin.<br />

Sepulang dari Jakarta, kepedulian Bahruddin pada petani semakin<br />

kuat. Bahruddin dan kawan-kawannya membentuk Jaringan Studi<br />

Transformasi Sosial. Seperti aktivis lainnya di Salatiga, aktivitas Bahruddin<br />

juga bersentuhan dengan Yayasan Desaku Maju dan kemudian Forum<br />

Gedhangan 3 , rinstisan kiai Mahfudz Ridlwan. Tapi, “Bahruddin memang<br />

yang paling konsisten,” ujar Akbar.<br />

Dari kelompok tani, ia menggalang antar kelompok menjadi paguyuban.<br />

2 Moeslim Abdurrahman (1948-2012) adalah Direktur Eksekutif pertama MAARIF Institute dan<br />

dikenal sebagai pencetus ide Islam Transformatif, sebuah gagasan tentang Islam yang bervisi pada<br />

pembebasan umat, pada praksis sosial yang mengedepankan keberpihakan pada kaum miskin<br />

(mustadhafin). Gagasan Islam Transformatif ini bisa dirujuk pada beberapa buku yang ditulis<br />

oleh almarhum, seperti Islam Transformatif (1995), Islam sebagai Kritik Sosial (2003), Islam yang<br />

Memihak (2005), Suara Tuhan, Suara Pemerdekaan (2009) dan lain-lain.<br />

3 Yayasan Desaku Maju mengembangkan potensi desa seperti pembentukan Paguyuban Candhak Kulak untuk<br />

pedagang yang beroperasi seperti microfinance dalam pemberian modal usaha. Adapun Forum Gedhangan—<br />

yang dibentuk di desa Gedhangan asal Kiai Mahfudz—adalah forum untuk aktivitas perdamaian dan persatuan<br />

lintas etnis dan iman di Salatiga.<br />

220 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!