04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

kecenderungan studi ini untuk melakukan rekonsiliasi dan interpretasi.keduanya<br />

Karena studi ini gagal mancari apa yang sebenarnya terjadi dan apa buktinya (evidence)<br />

bahwa kejadian itu benar-benar terjadi. Berbeda dengan Wansbrough, Smith dan muridmuridnya<br />

lebih menekankan pendekatan kesejarahan dalam melihat islam dan umatnya.<br />

Pada tataran sebenarnya, Rippin tidak setuju dengan kesimpulan Wansbrough,<br />

namun Rippin berpandangan bahwa Wansbrough mempunyai metodologi yang bisa<br />

digunakan untuk menganalisis lebih jauh tentang apa yang sebetulnya terjadi dan apa<br />

sebabnya. Namun berbeda dengan Wansbrough, Rippin cukup getol dan konfiden<br />

menggunakan sumber-sumber yang ditulis oleh orang Islam sendiri, seperti Ibn Ishaq,<br />

Ibnu Abbas, dan Ibn Ya’kub.<br />

Rippin memulai pembahasannya dengan mengatakan bahwa Yahudi dan Islam<br />

adalah dua agama dalam sejarah. Karena dalam kedua agama tersebut Tuhan turut<br />

campur atau berinteraksi dalam sejarah untuk merampungkan tujuan-tujuannya. Oleh<br />

karena itu, Rippin telah menggambarkan perbedaan serupa, yaitu mencampuradukan<br />

pandangan agama tentang sejarah dan pandangan sejarah tentang agama. Rippin<br />

menolak penelitian kesejarahan mengenai “apa yang sesungguhnya terjadi”. Padahal<br />

agama mengajukan klaim-klaim seperti itu dapat dan harus diteliti secara historis.<br />

Misalnya, kapan klaim-klaim tersebut dikemukakan, siapa yang mengajukannya, dan<br />

seterusnya. 204<br />

Rippin mengatakan tentang posisi Islam tidak historis lantaran tidak ada<br />

dukungan berupa bukti ekstra literer dalam data arkeologis yang tersedia. Oleh karena<br />

itu, Rippin, senada dengan Wansbrough bahwa untuk menghilangkan problem teologis<br />

tentang asal usul Islam, ia menawarkan pendekatan sastra, karena pendekatan historis<br />

tidak dapat menyingkirkan problem teologis.<br />

Namun dalam hal ini, Fazlur Rahman mengatakan keampuhan metode historis<br />

sudah cukup membuktikan bahwa bahan-bahan historis kaum muslim pada pokoknya<br />

asli, dan pengalihan kepada suatu metode analisa sastra yang murni tidak diperlukan. 205<br />

Fazlur Rahman secara nyata memberi contoh konsekuensi jika berhenti pada sejarah<br />

dan hanya memakai pendekatan sastra, yaitu perbedaan-perbedaan tertentu dalam al-<br />

Qur'an di lihat kronologi periode Mekkah dan Madinah, seperti kisah perselisihan<br />

Ibrahim dengan ayahnya. Surat 19:47 (makkiyah) mengatakan bahwa Ibrahim<br />

sementara bersahabat dengan ayahnya. Ia mengatakan pada ayahnya bahwa dirinya<br />

akan terus berdoa memohonkan ampun baginya; dan periode Madinah, ketika al-Qur'an<br />

memerintahkan kaum muhajirin untuk melepaskan diri dari anggota keluarga dekatnya<br />

di Mekkah yang tetap pagan dan terus mencela dan memusuhi muslim. Maka dari itu al-<br />

Qur'an mengatakan pada mereka (surat 19:114), “Ibrahim berdoa memohonkan ampun<br />

bagi ayahnya hanya karena ia pernah berjanji” (dengan kata lain ia benar-benar telah<br />

memutuskan hubungan kekeluargaan dengannya). Hal ini menurut Fazlur Rahman<br />

masing-masing ayat ini cocok untuk lingkungan historis Nabi di Mekkah dan Madinah.<br />

Selain itu coba lihat surat 11:27-29, dimana Nuh diminta oleh para “pembesar” kaumnya<br />

agar melemparkan pengikutnya yang berkelas rendah sebelum mereka bergabung<br />

204 Andrew Rippin, Analisis Sastra Terhadap al-Qur'an, Tafsir, dan Sirah: Metodologi John Wansbrough. Hlm. 201<br />

205 Fazlur Rahman, Pendekatan Terhadap Islam Dalam Studi Agama. Hlm.249<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 106

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!