KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
dilakukan oleh agama-agama terdahulu yang mengabaikan ungkapan Tuhan tetapi<br />
justru mensakralkan ungkapan-ungkapan mereka. 228<br />
Nampaknya Ignaz Goldziher sengaja mengutip banyak bukti periwayatan yang<br />
melegitimasi pelarangan ataupun pembolehan penulisan hadis. Terlepas apakah<br />
periwayatan-periwayatan tersebut mutawatir atau tidak, namun harus diakui bahwa<br />
orientalis, khususnya Ignaz Goldziher, sangat hebat dalam menelusuri data-data yang<br />
telah ada. Berikut data-data historis yang juga mendukung pelarangan penulisan hadis,<br />
yaitu: pada abad ke-3 H. (masa Imam al-Bukhori dan Muslim), Abu Ali al-Basri sangat<br />
memuji orang yang menghapal dan mengutuk orang yang menulis, karena menulis buku<br />
tidak akan bebas dari bahaya api, bahaya tikus, bahaya air dan bahaya pencuri yang<br />
akan mengambilnya. Hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Abu Sa’ad Abdul<br />
Rahman Bin Dost pada abad ke-4 H. Kemudian pada abad ke-6, penulisan hadis ini<br />
direkomendasikan oleh sejarawan terkemuka dari Damaskus, yaitu Abu al-Qosim ibn<br />
Asakir yang wafat pada tahun 521 H. 229<br />
Kedua, Ignaz Goldziher menganggap bahwa hadis yang disandarkan pada Nabi<br />
Muhammad Saw dan para sahabat yang terhimpun dalam kumpulan hadis-hadis klasik<br />
bukan merupakan laporan yang autentik, tetapi merupakan refleksi doktrinal dari<br />
perkembangan politik sejak dua abad pertama sepeninggal Muhammad Saw. Baginya,<br />
hampir-hampir tidak mungkin bahkan setipis keyakinan untuk menyaring sedemikian<br />
banyak materi hadis, hingga dapat diperoleh sedikit sekali hadis yang benar-benar<br />
orisinil dari Nabi atau generasi sahabat awal. 230<br />
Ketiga, Ignaz Goldziher sebagaimana H.A.R. Gibb dan W. Montgomery Watt,<br />
beranggapan bahwa tradisi penulisan hadis sebenarnya merupakan pengadopsian dari<br />
gagasan-gagasan besar agama Yahudi yang di dalamnya ada larangan atas penulisan<br />
aturan-aturan agama. 231 Namun ternyata pemahaman yang keliru tersebut masih juga<br />
mendapat dukungan dari sebagian kaum Muslimin sendiri walaupun bertentangan<br />
dengan fakta-fakta yang telah ada. Menurut Goldziher, dukungan kaum Muslimin ini<br />
sebenarnya tidak bisa terlepas dari kepentingan ideologis, karena kaum Muslimin tidak<br />
memiliki bukti yang menunjukkan bahwa Muhammad Saw mencatat riwayat-riwayat<br />
selain al-Qur’an serta tidak ada bukti bahwa penulisan hadis itu sudah terjadi sejak awal<br />
Islam. 232<br />
Keempat, Ignaz Goldziher menyatakan bahwa redaksi/matan hadis yang<br />
diriwayatkan oleh perawi-perawi hadis dinilai tidak akurat, karena mereka lebih<br />
menitikberatkan pada aspek makna hadis sehingga para ahli bahasa merasa enggan<br />
menerima periwayatan hadis disebabkan susunan bahasanya tergantung pada pendapat<br />
perawinya. 233<br />
228 Ignaz Goldziher, Muslim Studies, terj. C.R. Barber dan S.M. Sterm (London: 1971), h. 186.<br />
229 Ignaz Goldziher, Muslim Studies, terj. C.R. Barber dan S.M. Sterm (London: 1971), h. 186.<br />
230 G.H.A. Juynboll, The Authenticity of The Traditions Literature: Discussion in Modern Egypt (Leiden: E.J. Brill, 1969), h. 100.<br />
231 Ignaz Goldziher, Muslim Studies, terj. C.R. Barber dan S.M. Sterm (London: 1971), h. 186.<br />
232 Ignaz Goldziher, Muslim Studies, terj. C.R. Barber dan S.M. Sterm (London: 1971), h. 182.<br />
233 Ignaz Goldziher, Muslim Studies, terj. C.R. Barber dan S.M. Sterm (London: 1971), h. 187-188.<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 119