KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
dilihat dalam kitab Musnad karya Ahmad bin Hanbal.<br />
b. Samurah bin Jundab (W.60 H/679 M), adalah penulis shahifâh hadis. Shahifâh tersebut<br />
beliau tujukan untuk anaknya, hal ini bisa dilihat dari statemen Ibn Sîrîn bahwa kitab<br />
Risâlah Shahîfah Samurah bin Jundab yang diproyeksikan untuk anaknya memuat ilmu<br />
yang sangat luas. Ignaz Goldziher juga sempat mengkomparatifkan isi hadis yang<br />
terdapat dalam shahifâh ini. Hadis- hadis dalam shahifâh ini secara keseluruhan atau<br />
secara garis besar terdapat dalam Musnad Ahmad bin Hanbal.<br />
c. Jâbir bin ‘Abdullah (W.78 H/697M), ia adalah salah satu dari sejumlah sahabat yang<br />
memiliki naskah hadis dengan menuliskan hadis-hadis Nabi saw. yang ia dapatkan baik<br />
melalui nabi langsung ataupun dari sahabat Nabi saw. 304<br />
Seorang tokoh orientalis, Gautier Juynboll, juga menyatakan bahwa tradisi<br />
kitâbat al-Hadîts, telah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. masih hidup. Ia<br />
mengatakan bahwa mula-mula hadis diriwayatkan secara lisan. Sementara sebagian<br />
sahabat ada yang biasa menuliskan beberapa hadis, untuk menjaga hadis tersebut tetap<br />
berada dalam Shaha’if (bentuk plural dari shahifah), sebagian besar sahabat<br />
menghapalkan hadis. 305 Hanya saja ia, Juynboll, mengklaim bahwa para ahli sejarah<br />
muslim telah sepakat mengenai kenyataan shahaif yang jumlahnya tidak banyak itu<br />
harus dianggap sebagai pengecualian. 306 Kesimpulan Juynboll di atas berbeda dengan<br />
apa yang disampaikan oleh Fuat Sezgin. Bagi Sezgin, shahaif sangat banyak jumlahnya,<br />
tidak sebagaimana yang diklaim oleh sebagian orang, termasuk Juynboll. 307<br />
Secara ciamik, Ugi Suharto, dalam sebuah tulisannya dalam jurnal Islamia<br />
mengilustrasikan sebuah periwayatan hadis yang terdapat dalam kitab Sunan Âbû<br />
Dâwud. Uniknya hadis yang ia teliti memiliki rangkaian sanad yang para rawinya<br />
memiliki sebuah kitab berisikan riwayat-riwayat hadis. Secara lengkap, matan dan<br />
sanad hadis tersebut berbunyi:<br />
ِ ﻪﻠﻟا ُلﻮ ﺳُ ر َ َلﺎَﻗ َلﺎَﻗ َةﺮ َـﻳ ْﺮُﻫ<br />
َ<br />
ﻰِﺑَأ ﻦَﻋ ْ ٍ ﻪﺒَﻨ ﻣ ُ ِﻦ ْﺑ ِمﺎﻤَﻫ ﻦَﻋ ْ ﺮٌ ﻤْﻌ َ ﻣ َ ﺎَﻧﺮ َـﺒْﺧَأ ِقازﺮﻟا َ ُﺪْﺒَﻋ ﺎَﻨَـﺛﺪ ﺣ َ ٍﻞ َﺒْﻨ ﺣ َ ﻦُ ْﺑ ُﺪ ﻤَ ﺣَأ ْ ﺎَﻨَـﺛﺪ ﺣَ<br />
َو » -ﻢﻠﺳو<br />
ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ-<br />
ِ ﺪِ ﻋﺎَﻘْﻟا ﻰَﻠَﻋ رﺎ ﻤْﻟا َ و َ<br />
ِﺮﻴِﺒَﻜْﻟا ﻰَﻠَﻋ ﺮﻴ ُ ِ ﺮﻴِﺜَﻜْﻟا ﻰَﻠَﻋ ﻞﻴ ُ ﻐﺼﻟا ﻢﻠ ُ ﺴَ ُﻳ ِ 308 ﻠَﻘْﻟا<br />
Rangkaian jalur sanad riwayat di atas adalah Abû Dâwud melalui Ahmad bin<br />
Hanbal, ‘Abd Razzâq, Ma’mar, Hammâm bin Munabbih, dan Abû Hurairah. Penulis<br />
mencoba menyingkat dan menyederhanakan penelitian dari Ugi Suharto terkait hadis di<br />
atas.<br />
a. Ahmad bin Hanbal (241 H/855 M), sudah bukan menjadi rahasia para pengkaji dan<br />
pemerhati hadis bahwa Ahmad bin Hanbal adalah guru dari Abû Dâwud (275 H/ 888 M).<br />
Redaksi periwayatan Abû Dâwud adalah Haddatsanâ yang bisa dipastikan ia mendengar<br />
dari Ahmad bin Hanbal dan sekaligus menyimak langsung kitab Musnad Ahmad bin<br />
Hanbal. Dan hal ini bisa dibuktikan dengan adanya kesamaan redaksi hadis dalam<br />
304<br />
Sebenarnya masih banyak para penulis dari kalangan sahabat yang menulis shahifah, lebih detail baca Fuat Sezgin, op.cit, h. 153-164.<br />
305<br />
Gautier Juynboll, The Authenticity of The Tradition Literature Discussion in Modern Egpyt, Pent: Ilyas Hasan (Bandung : Mizan, 1999) h. 9.<br />
306<br />
Ibid, h. 9.<br />
307<br />
Sezgin, Tarîkh Turâts al-‘Arabî, h. 153-154.<br />
308<br />
Abû Dâwûd al-Sijistânî, Sunan Abû Dâwûd (Beirut: Dâr al-Kitâb al-Arabî, tt) vol.4, h. 516.<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 140