04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

hadits yang bercecer yang mereka nilai sebagai hadits-hadits shahih. 210 Prasangka buruk<br />

Goldziher terhadap as-Sunnah terlihat jelas dalam bukunya tersebut. Dari pandanganpandangan<br />

Goldziher tentang As-Sunnah yang telah dijelaskan di atas, jelaslah hal-hal<br />

berikut:<br />

1. Ia berpendapat bahwa sebagian besar hadits merupakan hasil perkembangan<br />

Islam di bidang politik dan sosial.<br />

2. Ia berpendapat bahwa para sahabat dan tabi’in berperan dalam pemalsuan<br />

hadits.<br />

3. Rentang waktu dan jarak yang jauh dari masa Rasulallah SAW membuka peluang<br />

bagi para tokoh berbagai aliran untuk membuat hadits dengan tujuan<br />

memperkuat aliran mereka. Bahkan, tidak ada satupun aliran, baik yang bersifat<br />

teoritis maupun praktis, yang tidak mengukuhkan pendapatnya dengan haditshadits<br />

yang tampaknya asli dalam bidang aqidah, fiqih, atau politik.<br />

4. Sudut pandang para kritikus dari kalangan umat Islam berbeda dengan sudut<br />

pandang para kritikus asing (non-muslim) yang tidak menerima kebenaran<br />

banyak hadits yang diakui benar oleh umat Islam.<br />

5. Ia menggambarkan enam kitab hadits sebagai himpunan berbagai macam hadits<br />

yang tercecer, yang oleh para penghimpunnya dinilai sebagai hadits shahih. 211<br />

Makna Hadis dan Sunah Menurut Goldziher<br />

Dalam pandangan Goldziher, perbedaan hadis dan sunnah juga tetap dipertahankan. Ia<br />

menyatakan bahwa hadis bermakna suatu disiplin ilmu teoritis dan sunnah adalah<br />

kompendium aturan-aturan praktis. Satu-satunya kesamaan sifat antara keduanya<br />

adalah bahwa keduanya berakar secara turun-temurun. Dia menyatakan bahwa<br />

kebiasaan-kebiasaan yang muncul dalam ibadah dan hukum, yang diakui sebagai tata<br />

cara kaum muslim pertama yang dipandang berwenang dan telah pula dipraktikan<br />

dinamakan sunnah atau adat/kebiasaan keagamaan. Adapun bentuk yang memberikan<br />

pernyataan tata cara itu disebut hadis atau tradisi. 212<br />

Dalam kesempatan lain, Goldziher menyatakan perbedaan sunnah dan hadis<br />

bukan saja dari makna dua istilah itu sendiri, tetapi melebar juga pada adanya<br />

pertentangan dalam materi hadis dan sunnah. Dia mengatakan bahwa memang betul<br />

pengertian sunnah dan hadis dibedakan satu sama lain. Hadis berciri berita lisan yang<br />

bersumber dari Nabi, sedangkan sunah menurut penggunaan yang lazim dikalangan<br />

umat Islam kuno, menunjuk pada permasalahan hukum atau hal keagamaan, tidak<br />

masalah apakah ada atau tidak berita lisan tentangnya. Suatu kaidah yang terkandung di<br />

dalam hadis lazimnya dipandang sebagai sunnah, tetapi tidak berarti bahwa sunnah<br />

harus mempunyai yang berkesesuaian dan memberikan pengukuhan kepadanya bahkan<br />

mungkin justru terjadi sebaliknya, bahwa isi sebuah hadis justru bertentangan dengan<br />

sunnah. 213 Di sinilah perbedaan yang paling fundamental antara sunnah dan hadis yang<br />

210 Al-Aqidatu Wasy-Syari’ah fi al-Islam : 49-50<br />

211 Ajaj Al-Khatib, Hadits Nabi sebelum dibukukan, Jakarta: Gema Insani Press, 1999 hal 299-301<br />

212 Lihat Ignaz Goldziher, An Introduction to Islamic Theology and Law (Jakarta: INIS, 1991) hlm. 35.<br />

213 Goldziher, Muslim Studies, Op. Cit., hlm. 24.<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 113

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!