KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Collective Ta’dil of the Companion<br />
dalam Teori Comon Link Gautier<br />
Juynboll<br />
Mhd. Hanafi<br />
G.H.A Juynboll kerap dihubung-hubungkan dengan teori common link. Dapat<br />
dipahami tentu saja, karena ia salah seorang sarjana Barat yang mengembangkan teori<br />
ini. Namun begitu, ia bukanlah yang pertama kali mengintrodusir teori ini ke dalam<br />
prosesi kritik hadits. Diperkenalkan oleh Joseph Schacht, teori ini menggambarkan<br />
fenomena penyebaran hadits oleh seseorang yang disebut fabricator kepada beberapa<br />
orang periwayat, dan untuk supremasi legalitas, sang fabricator yang disimbolkan<br />
dengan N.N. menyediakan nama-nama rujukan ke atasnya. 343<br />
Lebih lanjut, Juynboll mengadopsi dan mengembangkan teori Schacht tersebut.<br />
Menurut Komaruddin Amin, dalam menerima sebuah hadits, Juynboll menginvestigasi<br />
tiga pertanyaan mendasar: kapan, dimana, dan oleh siapa hadits terkait ditransmisikan<br />
pertama kali. 344 Dalam menjalankan metodenya, ia memiliki prinsip dasar: the more<br />
transmission lines come together in one transmitter, either reaching him or going away<br />
from him, the more this transmitter and his transmission have a claim of historicity. 345<br />
Dengan prinsip demikian, ia memberikan model common link baru yang lebih rumit dan<br />
rinci. 346<br />
Common link Juynboll memiliki tiga temuan: (1) system isnad lahir belakangan,<br />
sekitar tahun 80-an abad pertama Hijriah, (2) fenomena penyandaran kepada otoritas<br />
yang lebih tinggi muncul pada abad kedua ke atas, dan (3) terjadi pemalsuan isnad<br />
besar-besaran, jika tidak seluruhnya. 347 Teori Juynboll ini kemudian memberikan<br />
implikasi yang luar biasa dalam bangunan metode kritik hadits yang telah dipegangi<br />
muhaddis selama berabad-abad. Selain, yang terutama, meruntuhkan otentisitas<br />
hadits—baik dari sisi metodologis maupun praktis—, teori ini berimplikasi kepada<br />
343 Salah satu contoh gejala common link diperlihatkan oleh Schacht dari sebuah hadits yang ada dalam Ikhtilaf karya al-Syafi’i. Dengan<br />
membuat sebuah diagram, Schacht memperlihatkan bahwa seorang N.N. meriwayatkan hadits kepada tiga orang: Abd al-Aziz bin<br />
Muhammad, Ibrahim bin Muhammad, dan Sulaiman bin Hilal. Selain itu, Amr bin Abi Amr, N.N., menyandarkan haditsnya ke otoritas yang<br />
lebih tinggi yaitu Muthallib, Jabir, dan sampai kepada Nabi. Lebih lanjut, Schacht menilai penyandaran kepada otoritas yang lebih tinggi<br />
(additional branches) tersebut adalah palsu. Joseph Schacht, The Origins of Muhammadans Jurisprudence terj. Joko Supomo (Yogyakarta:<br />
Insan Madani, 2010), hlm. 263.<br />
344 Komaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadits (Jakarta: Hikmah, 2009), hlm. 163.<br />
345 Lihat Ali Masrur, Teori Common Link G.H.A Juynboll: Melacak Akar Kesejarahan Hadits Nabi (Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm. 63.<br />
346 Ali Masrur, Teori Common Link…, hlm. 63-92; Komaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan…, hlm. 161-168.<br />
347 Komaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan…, hlm. 52.<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 151