04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menuduh Aku berbohong di atas nama Rasulullah supaya kamu merasa mendapatkan<br />

pujian dan saya mendapatkan celaan!” Dengan kutipan ini, Abu al-Qasim al-Balkhi, kata<br />

Juynboll, membuktikan bahwa pada masa itu masyarakat menuduh Abu Hurayrah<br />

sebagai pembohong.<br />

Menurut Juynboll, dan bahkan poin yang sangat penting baginya, Abu al-Qasim<br />

al-Balkhi menyampaikan hal itu ketika ia telah diperkenalkan dengan dictum keadilan<br />

kolektif sahabat tersebut. Oleh sebab itu, berdasarkan tahun wafatnya Abu al-Qasim al-<br />

Balkhi, pada akhir abad ketiga-awal abad keempat, dictum ini sudah mulai berkembang.<br />

Sebagai bukti tambahan, ia mengemukakan kutipan Ibn Hibban dalam Kitab al-Majruhin<br />

dari Abu Hatim, dimana tulisan Abu Hatim lah literature tertua yang berisikan formulasi<br />

dictum ini; tidak ada literature sebelumnya yang survive untuk menjelaskan pencetus<br />

dictum ini sebelum Abu Hatim.<br />

Pada perkembangannya, dictum ini menyebar luas menjadi ijma’. Poin<br />

pentingnya adalah, perkembangan dictum ini menjadi titik balik konfrontasi Abu<br />

Hurayrah. Mengikuti perkembangannya, keraguan-keraguan dan spekulasi-spekulasi<br />

mengenai Abu Hurayrah berkurang, ditambah dengan pembelaan yang masih dari<br />

literatur-literatur rijal belakangan. Menurut Juynboll, pembahasan panjang Abu al-<br />

Qasim al-Balkhi di atas mungkin saja literature terakhir yang mempermasalahkan Abu<br />

Hurayrah. 365<br />

Apa yang disampaikan di atas telah memperlihatkan bahwa Juynboll berusaha<br />

membuktikan bahwa dictum keadilan kolektif sahabat mengalami evolusi. Dictum ini<br />

belum ada pada masa awal Islam. Pada abad kedua perdebatan mengenai keadilan<br />

sahabat terus berkembang, namun belum ada keterangan dictum ini telah muncul. Masa<br />

paling awal yang bisa dianggap sebagai kelahiran dictum ini adalah pada akhir abad<br />

ketiga Hijriah.<br />

Artinya, dictum ini juga merupakan kreasi dari ulama pada masa itu. Tidak hanya<br />

itu, dictum ini juga dianggap sebagai indoktrinasi. Pernyataan ini tidak berlebihan ketika<br />

Juynboll pada awal kajiannya mengenai kasus ini menekankan bahwa keadilan kolektif<br />

sahabat telah mengakar secara sangat dalam di hati Muslim.<br />

Ketika sampai pada kesimpulan bahwa dictum ini merupakan kreasi ulama abad<br />

ketiga Hijirah, pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, mengapa mereka membela<br />

Abu Hurayrah dan mengapa mereka membuat formulasi tersebut? Dari penjelasan<br />

Juynboll, secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa ada dua alasan yang<br />

melatarbelakangi hal ini. Pertama, sebagai patokan kesahihan sebuah riwayat. Kedua,<br />

sebagaimana digambarkan dalam kisah Harun al-Rasyid di atas, indoktrinasi ini<br />

bertujuan untuk menjaga stabilitas syariat Islam. Abu Hurayrah telah begitu banyak<br />

meriwayatkan hadits, baik yang mengandung nilai moral maupun ritual praktis. Oleh<br />

sebab itu, dengan mengklaim Abu Hurayrah berbohong dan haditsnya tidak bisa<br />

diterima, maka banyak ajaran-ajaran Islam yang akan tertolak. Kedua, factor social yang<br />

berkembang saat itu juga berpengaruh. Pada masa tersebut, status sebagai ‘successor’<br />

atau ‘tabi’in’ memiliki nilai gengsi tertentu. Peran sahabat tentu saja besar dalam hal ini.<br />

365 G.H.A Juynboll, Muslim Tradition…, hlm. 195.<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 156

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!