04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

hidup dan berpikir yang tradisional, dan para mufasir al-Qur’an dengan tenangnya<br />

bersikap tidak memperdulikan tuntunan zaman<br />

Dalam berbagai tulisan para ahli tafsir modern, akan dijumpai beberapa<br />

keberatan terhadap pendapat ahli tafsir klasik, hal yang sesunggguhnya memperkaya<br />

pendapat yang telah ada. Yang paling banyak adalah gerakan pembaharuan yang<br />

berpendapat bahwa setiap orang diperkenankan menafsirkan kitab suci. Karena<br />

penafsiran al-Qur’an bukan monopoli para imam dan para mujtahid.<br />

Oleh para ilmuan Barat, argumentasi para Muslim Modern pada umumnya<br />

dicemooh sebagai pembenaran belaka. Memang, maksud baik para modernis itu diakui,<br />

tatapi nilainya tak seberapa. Ada dua alasan yang menjadi penyebabnya. Pertama, kaum<br />

orientalis mendasarkan pendapatnya secara terlalu eksklusif pada karya kaum Muslim<br />

modern yang ditulis dalam bahasa Eropa. Alasan sederhananya, penulis terlalu sadar<br />

bahwa tulisan-tulisan itu akan dibaca oleh orang-orang Barat, dan bahwa penulis tadi<br />

harus selalu waspada untuk mempertahankan nama baik Islam. Dalam pemikiran Barat,<br />

uraian yang diajukan itu tampak berlebihan serta kurang meyakinkan. Sebaliknya,<br />

pandangan para pembenar yang ditulis dalam bahasa ibu (Arab) jauh lebih berimbang.<br />

Di sini, tidak ada kehawatiran terhadap pembaca Kristen. Terlebih lagi bahasa yang<br />

digunakan memungkinkan mereka memformulasikan gagasan-gagasan Islami tertentu<br />

dengan segala nuansa yang tepat.<br />

Yang kedua, pada umumnya kaum Orientalis Barat tidak menginsafi bahwa<br />

kebenaran tersebut memang mengartikan agama sebagaimana adanya. Sesungguhnya,<br />

agama merupakan jawaban manusia akan kenyataan-kenyataan yang sukar dimengerti.<br />

Jawaban seperti pembenaran itu dengan sendirinya dibatasi oleh kemampuankemammpuan<br />

yang inheren pada manusia. Karenanya, keimanan terpaksa<br />

menggunakan bahasa biasa dan harus mengikuti jalan akal dan penundaan yang benar.<br />

Baik cara berbicara maupun pemikiran merupakan produk zaman. Karena itu agama<br />

harus menampung jiwa dan kondisi masanya. Bila tidak, agama tidak akan betul-betul<br />

berfungsi dan dari kebutuhan yang mendesak untuk berkomunikasi dengan dunia, maka<br />

dengan sendirinya dibutuhkan pembenaran-pembenaran.<br />

Pada masa klasik Islam i’jaz diakui karena susunan dan kesempurnaannya yang<br />

menakjubkan. Namun, kaum modernis tidak menunjukkan antusias menyatakan nilainilai<br />

luhur yang ada dalam kitab suci itu. Padahal kehebatan yang tidak tertandingi, baik<br />

dalam idiom maupun gayanya diuji oleh argumentasi yang dikemukakan al-Qur’an itu<br />

sendiri, seperti disebutkan pada QS, 28:49, yakni: “Katakan, coba datangkan olehmu<br />

sebuah kitab dari Allah yang lebih patut dijadikan petunjuk melebihi kitab itu (al-Qur’an<br />

dan Taurat)”. Apakah tata bahasa Arab sedemikian halusnya dalam al-Qur’an itu<br />

menunjukkan kesempurnaannya, bagaimana bisa disamakan dengan kitab Taurat, yang<br />

tidak ditulis dalam bahasa yang sama? 115 Dan oleh penafsir kita disebutkan bahwa<br />

bukan ucapan indah yang utama, melainkan “Pedoman Ilahi yang dilimpahkan sebagai<br />

sifat yang paling khas dari al-Qur’an” 116 Tujuan yang penting dalam al-Qur’an adalah<br />

kesempurnaan dan kemuliaan manusia. Akibatnya, seruan tak putus-putusnya bagi<br />

115 Tadzkira iii, 91<br />

116 Muh. Sibli Nu’mani, Maqalat Shibli (1930)<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 71

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!