04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bernard Lewis menyebut metode Schacht sebagai “historical and sosiological”. 281<br />

Di sisi lain, Schacht juga menyatakan bahwa kajian yang telah dilakukannya dipengaruhi<br />

oleh pemikiran-pemikiran para pendahulunya, seperi Ignaz Goldziher dan<br />

Margoliouth. 282<br />

Proyek Kritik Schacht terhadap Hadis<br />

1. Kritik Matan<br />

Sebelum melakukan kritik terhadap hadis, Joseph Schacht memulai<br />

pembicaraannya dengan memberikan “tawaran” sebuah konsep awal terhadap hadis.<br />

Dia berkata:<br />

“Sunnah dalam konteks Islam pada mulanya lebih memiliki sebuah<br />

konotasi politik ketimbang konotasi hukum; menunjukkan kebijaksanaan<br />

dan administrasi khalifah. Persoalan apakah tindakan administratif<br />

khalifah pertama, Abû Bakar dan ‘Umar, harus dipandang sebagai<br />

preseden-preseden yang mengikat, barangkali persoalan ini muncul pada<br />

saat penunjukkan ‘Umar dan ketidakpuasan dengan kebijaksanaan<br />

khalifah ketiga, Utsmân, yang mengantarkan pada pembunuhannya pada<br />

35 H/655 M, karena dituduh telah menyimpang dari kebijaksanaan<br />

khalifah sebelumnya, secara implisit menyimpang dari al-Qur’an. Dalam<br />

hubungan ini, muncullah konsep sunnah Nabi, yang belum<br />

diidentifikasikan dengan sejumlah aturan-aturan positif, akan tetapi<br />

memberikan serangkaian mata rantai doktrinal antara sunnah Abû Bakar<br />

dan ‘Umar serta al-Qur’an. Bukti-bukti awal yang tentunya otentik untuk<br />

penggunaan istilah sunnah Nabi adalah surat ‘Abdullah bin ‘Ibâd,<br />

pemimpin Khawarij yang ditujukan kepada Khalifah Dinasti Umayyah,<br />

‘Abd al-Mâlik, sekitar 76 H/695 M. Istilah yang sama dengan sebuah<br />

konotasi teologis, yang disertai contoh teguran, terdapat dalam risalah<br />

yang sezaman dengan Hasan al-Bashrî yang ditujukan kepada khalifah<br />

‘Abd al-Mâlik. Pengertian sunnah seperti ini diperkenalkan ke dalam teori<br />

hukum Islam yang diperkirakan berlangsung pada akhir abad 1 Hijriah<br />

oleh ulama-ulama Irak. 283<br />

Sebagaimana yang dikatakan oleh Prof. Dr. Musthafâ ‘Azamî bahwa sentral tesis<br />

Schacht bergantung pada penggunaan konsep sunnah, yang secara ringkas Schacht<br />

berpendapat bahwa: (1) Konsep awal Sunnah adalah kebiasaan atau praktek yang<br />

disepakati secara umum, yang disebutnya sebagai “tradisi yang hidup.” (2) Konsep<br />

sunnah nabi pada asal-usulnya relatif terlambat, dibuat oleh orang-orang Irak pada<br />

sekitar abad kedua Hijriah. (4) Bahan penggunaan istilah “Sunnah Nabi” tidak berarti<br />

281 Bernard Lewis, Obituary; Joseph Schacht dalam BSOAS London, vol. 33, No.2 (1970), pp.378-381, diunduh dari<br />

http://www.jstor.org/action/doBasicSearch?filter=iid%3A10.2307%2Fi225484&Query=bernard+lewis&Search.x=0&Search.y=0&wc=on.<br />

282 Pengakuan Joseph Schacht ini bisa ditelusuri dalam salah satu tulisannya yang bertajuk “A Re-evaluation of Islamic Tradition” JRAS, 1949,<br />

pp. 144-147, dikutip dari artikel Abdullah Abd Rahmân al-Khathîb, al-Radd ‘Ala Mazâim al-Mustasyriqîn; Ignaz Goldziher wa Joseph Schacht<br />

wa Man Ayyadahuma Min al-Mustaghribîn, h.41.<br />

283 Schacht, Introduction to Islamic Law, h.30-31<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 133

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!