KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
pendapat orang-orang belakangan (yang kemudian dikenal dengan teori Projecting<br />
Back) 291<br />
Pada gilirannya teorinya ini mendapat apresiasi dari orientalis-orientalis lainnya.<br />
Prof. Robson adalah salah satu orientalis yang terpikat dengan teori Schacht dan<br />
memujinya dengan berkata, “Kajian berharga yang membuka jalur penelitian<br />
baru.” 292 Ringkasnya, pandangan Schacht secara keseluruhan adalah bahwa sistem isnâd<br />
mungkin valid untuk melacak hadis-hadis sampai pada ulama-ulama abad kedua Hijriah,<br />
tapi rantai periwayatan yang merentang ke belakang sampai kepada Nabi saw. dan para<br />
sahabat adalah palsu. Argumen Schacht teringkas dalam lima poin:<br />
a. Sistem sanad dimulai pada abad kedua, atau paling “banter” akhir abad pertama Hijriah.<br />
b. Isnâd-isnâd diletakkan secara sembarangan dan sewenang-wenang oleh mereka yang<br />
ingin “memproyeksikan ke belakang” doktrin-doktrin mereka sampai kepada sumbersumber<br />
klasik.<br />
c. Isnâd-isnâd secara bertahap “meningkat” oleh pemalsuan; Isnâd-isnâd yang terdahulu<br />
tidak lengkap, tapi semua kesenjangan dilengkapi pada masa koleksi-koleksi klasik.<br />
d. Sumber-sumber tambahan diciptakan pada masa Syâfi’î untuk menjawab penolakanpenolakan<br />
yang dibuat untuk hadis-hadis yang dilacak ke belakang sampai kepada satu<br />
sumber. Isnâd-isnâd keluarga adalah palsu, demikian pula materi yang disampaikan di<br />
dalam isnâd-isnâd itu.<br />
e. Keberadaan common narrator dalam rantai periwayatan itu merupakan indikasi bahwa<br />
hadis itu berasal dari masa periwayat itu.<br />
Konsep Schacht telah diadopsi oleh beberapa orientalis ternama lainnya, John<br />
van Ess adalah salah satu dari sederet orientalis yang sudi “bertepuk tangan” dan<br />
“menjiplak” teori atau konsep yang ditawarkan Schacht. Sebagaimana Schacht, Josef van<br />
Ess pun mengakui bahwa isnâd “tumbuh ke belakang” dan dia menerima teori common<br />
link. 293<br />
Sebagaimana sebagian orientalis lain yang “terhipnotis” oleh teori Schacht,<br />
sebagian sarjana muslim juga meniru dan mengembangkan teori yang digagas oleh<br />
Schacht. Sebut saja A.A. Fyzee, seorang hakim muslim dalam jajaran Mahkamah Agung<br />
Negara bagian Bombay India, dalam bukunya A Modern Approach to Islam, dia menerima<br />
tanpa syarat tesis-tesis Schacht. Demikian pula Fazlur Rahman, direktur Islamic Centre<br />
di Karachi yang kemudian pindah ke Chicago, dalam bukunya yang berjudul “Islam”. 294<br />
Dia mengkritik dasar-dasar pandangan Schacht mengenai terbentuknya aliran-aliran<br />
hukum Islam. Tetapi dia menerima tesis pokok dari Schacht mengenai diedarkannya<br />
hadis dan mengenai teori Projecting Back-nya Schacht. 295<br />
291 Ibid, h.23<br />
292 Azami, Studies in Early, h.231-232<br />
293 Kamaruddin Amin, Metode Kritik Hadis, (Jakarta : Hikmah, 2009) cet.1, h.156.<br />
294 Sebenarnya posisi Fazlur Rahman tidak sedang menerima secara total tesis-tesis Schacht, melainkan juga mengeritiknya. Karena baginya,<br />
para penggugat originalitas hadis terkesan paradoks dengan pendapatnya sendiri, mereka menolak hadis dengan menggunakan hadis juga.<br />
Lihat Fazlur Rahman, Islam, pent: Ahsin Mohammad (Bandung: Pustaka, 1984) cet.1, h. 51-89.<br />
295 Ali Musthafa, Kritik Hadis, h.23.<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 136