KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
dalam al-Qur’an mengarahkan Wansbrough untuk mengatakan bahwa agama Islam<br />
adalah bentuk mutasi dari sekte asli Yahudi-Kristen yang berupaya berkembang di<br />
Arabia, dan bukan semata-mata sebuah hasil dari difusi kultural. Di sini, menurut<br />
Wansbrough, seiring berjalannya waktu kitab-kitab suci Yahudi dan Kristen kemudian<br />
diadaptasi menjadi sebuah perspektif Arab dan bermutasi menjadi apa yang ada di<br />
dalam al-Qur’an. Dalam pandangannya, permutasi ini dibentuk selama berabad-abad<br />
dengan kontribusi dari beragam sumber-sumber kesukuan Arab. Riset Wansbrough juga<br />
mengungkap sejumlah besar tradisi kesejarahan Islam yang muncul sebagai fabrikasi<br />
generasi belakangan yang menyalin dan menjustifikasi sebuah identitas keagamaan.<br />
Atas dasar ini, menurut Wansbrough, karakter Muhammad dapat dilihat sebagai mitos<br />
yang dibuat-buat untuk memenuhi keinginan suku-suku Arab dengan versi Arab sendiri<br />
terhadap para Nabi Yahudi dan Kristen. 8 Walhasil, berangkat dari sikap laten Barat yang<br />
cenderung memusuhi Islam ini, meski dalam nada yang tidak se-provocative<br />
Wansbrough, beberapa sarjana belakangan terus berupaya melakukan pengkajian al-<br />
Qur’an melalui analisis kritik sastra yang tidak jarang dianggap mewarisi keraguan J.<br />
Wansbrough terhadap pandangan tradisional tentang keaslian al-Qur’an, seperti<br />
Michael Cook, Patricia Crone, Martin Hinds, Gerald Hawting, Christoph Luxenberg, Gerd<br />
R. Puin, dan Andrew Rippin.<br />
Mengikuti langkah senior yang dianggap sebagai guru, seperti Wansbrough dan<br />
para pengikut gaya kesarjanaannya, atau Watt dan Gibb yang merevisi karya guru-guru<br />
mereka, ada pula sarjana-sarjana Barat yang melahirkan karya-karya (umumnya<br />
berbentuk disertasi) yang melengkapi kekurangan kajian terdahulu yang pernah<br />
dilakukan para sarjana orientalis, meski sangat jauh rentang periode di antara mereka.<br />
Sebagai contoh dapat disebut di antaranya, seperti J.M.S. Baljon (1919-2001) yang<br />
melengkapi salah satu bagian karya Ignaz Goldziher tentang Tafsir-tafsir kalangan<br />
modernis dengan memfokuskan pembahasannya tentang tafsir al-Qur’an modern di<br />
India di anak benua India dalam karyanya, Modern Muslim Koran Interpretation (1880-<br />
1960) (Leiden: Brill, 1968), dan J.J.G. Jansen, 9 The Interpretation of Modern Koran in<br />
Modern Egypt, (Leiden: Brill, 1974) untuk lingkup regional Mesir. Dengan melihat<br />
oreintalisme sebagai sebuah system ilmu yang terintegrasi dan memiliki tujuan tertentu<br />
---seperti yang diungkapkan sebagai kritik oleh Edward Said dalam karyanya yang<br />
diberi judul sama Orientalism--- maka karya-karya pelengkap seperti yang diupayakan<br />
oleh Baljon dan Jansen dapat memberikan beberapa dugaan tentang keterkaitan dan<br />
pengaruh yang ditimbulkan di antara satu dengan lainnya.<br />
Agak unik dan menyendiri dari sisi gaya pemaparan dan genre penelitian<br />
dibandingkan dengan style umum kajian al-Qur’an yang dilakukan oleh para sarjana<br />
8 Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/John_Wansbrough diakses pada 15-09-2011.<br />
9 Johannes Julian Gijsbert Jansen, lahir di Amsterdam 17 November 1942. Ia belajar theology di Universitas Amsterdam dan lulus sebagai<br />
doktor di Universiteit Leiden pada tahun 1974 dengan disertasi tentang tafsir al-Qur’an modern di Mesir. Berbekal pengetahuan dan<br />
pengalaman penelitian doktoralnya, setelah lulus ia bekerja di Mesir. Sekembali dari Mesir ke Belanda, ia mengajar sebagai dosen di<br />
Universitas Leiden. Ia ditunjuk menjadi guru besar luar biasa bidang pemikiran Islam di universiteit Utrecht antara tahun 2003-2008. Ia<br />
lebih banyak menulis karyanya dalam bahasa Belanda. Karya-karya kesarjanaannya belakangan lebih berorientasi ke pemikiran modern<br />
dalam Islam, terutama dalam mengamati fenomena kemunculan gerakan fundamentalisme Islam, seperti tercermin dalam karyaya Dual<br />
Nature of Islamic Fundamentalism (1997). Keahlian barunya inilah yang membuatnya sering diundang dalam debat-debat di televise<br />
seputar masalah terorisme pasca peristiwa 11 September 2001. Lihat, http://nl.wikipedia.org/wiki/Hans_Jansen_(arabist) diakses pada 10-<br />
10-2011.<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 21