04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Menurut penulis, teori common link dapat diterima sepanjang dengan teori itu<br />

kita dapat menyelidiki asal usul dan sejarah awal periwayatan hadis karena teori ini<br />

berpijak pada asumsi dasar yang menyatakan bahwa semakin banyak jalur periwayatan<br />

yang bertemu pada seorang periwayat, baik yang menuju kepadanya atau yang<br />

meninggalkannya, semakin besar pula seorang periwayat dan jalur periwayatannya<br />

memiliki klaim sejarah. Dengan kata lain jalur yang dapat dipercaya sebagai jalur<br />

historis adalah jalur yang bercabang kelebih dari satu jalur. Sementara jalur yang<br />

berkembang ke satu jalur saja, yakni Single Stand 340 tidak dapat dipercayai<br />

kesejarahannya.<br />

Di samping itu, berangkat dari berbagai kelemahan dalam metode kritik hadits,<br />

dengan teori common link-nya, Juynboll kemudian mengembangkan sebuah metode<br />

penelitian hadits yang menurutnya relatif baru dan mampu memberikan jawaban<br />

mengenai sumber dan asal-usul hadits dengan lebih akurat. 341 Dalam hal ini Motzki juga<br />

menganggap metode tersebut sebagai contoh yang baik untuk studi analisis isnad yang<br />

dicapai di barat saat ini dan untuk menilai literature hadits sebagai sumber bagi<br />

penelitian sejarah. 342<br />

Terhadap motivasi Juynboll dalam mengkaji hadits, penulis cukup mengapresiasi<br />

Juynboll atas keinginannya membuat teori-teori baru yang diharapkan akan betul-betul<br />

mampu menyeleksi dan memisahkan hadits-hadits palsu dari yang sahih (otentik) dan<br />

Juynboll menyakini bahwa tidak semua hadits - hadits yang terdapat dalam kitab alkutub<br />

al-sittah yang ada saat ini tidak semuanya shahih. Selain itu, Juynboll juga<br />

mungkin menganggap metode kritik hadits konvensional memiliki beberapa kelemahan,<br />

kritik hadits konvensional yang di kenal dikalangan seluruh ahli hadits kurang mampu<br />

dalam menyeleksi dan memisahkan hadits-hadits palsu, dah isnad hadits pada masa itu<br />

diyakini sebagai sebuah rekayasa dari pertentangan antara ahli fiqh klasik dan ahli<br />

hadits, maka tak satupun dari hadits nabi, terlebih yang berkenaan dengan persoalan<br />

hukum, dapat dipertimbangkan sebagai hadits sahih. Akibatnya produk-produk<br />

kompilasi hadits yang ada saat ini tidak dapat dipercaya secara keseluruhan sebagai<br />

sumber ajaran dan perilaku nabi sendiri. Singkatnya hadits-hadits itu sebenarnya tidak<br />

berasal dari nabi, tetapi dari generasi tabiin.<br />

Terhadap metodologi historis-filologis yang dilakukan oleh Juynboll, penulis<br />

memandang bahwa metodologi historis – filologis ini berprinsip pada sebuah patokan<br />

ketika otentitas laporan yang terdapat dalam sebuah teks, dalam hal ini matan hadits,<br />

belum terbukti secara pasti; maka kekosongan yang ada dalam deskripsi harus diakui<br />

dan dipertimbangkan dalam setiap langkah untuk membangun sebuah rekontruksi<br />

sejarah yang lebih lengkap. Selain itu, dengan metode historis-filologis kita dapat<br />

melacak akar kesejarahan hadits sampai pada sumbernya.<br />

340<br />

Jalur tunggal dari Nabi hingga ke common link.<br />

341<br />

G.H.A. Juynboll, “Nafi’, the Mawla of Ibn ‘Umar …”, h. 207, dalam Studies on the Origins, IX; “Shu’ba b. al-Hajaj (d. 160/776) and his<br />

Position”. Dalam Le Museon 111, (1998), h. 187.<br />

342<br />

Harald Motzki, “Whither Hadith-Studies? A Critical Examination of G.H.A. Juynboll’s Nafi’, the Mawla of Ibn ‘Umar, and hisposition in<br />

Muslim Hadith Literature”, part 1, trans. Frank Griffel and Fiona Ford, 2; Juynboll merupakan komentator dan penerjemah ide-ide<br />

Goldziher dan Schacht. Juynboll juga dipandangan sebagai pengkaji hadits terbesar di Barat, oleh karena itu, membaca dan menyimak teori<br />

common link-nya merupakan sebuah keharusan untuk melihat seberapa jauh capaian-capaian studi hadits di Barat yang telah<br />

disumbangkan pada studi hadits pada khususnya dan studi Islam pada umumnya.<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 150

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!