04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

meriwayatkan banyak hadits seperti Anas bin Malik (1584 hadits), Abdullah bin Abbas<br />

(1243 hadits), Abdullah bin Umar (1979 hadits), Abdullah bin ‘Amr (378 hadits), Jabir<br />

bin Abdullah (960 hadits), dan Abi Sa’id al-Khudri (496 hadits), 361 tidak mendapatkan<br />

perlakuan sebagaimana Abu Hurayrah.<br />

Dari awal, aktivitas Abu Hurayrah yang meriwayatkan hadits melebihi perawiperawi<br />

lainnya, bahkan komulatif ahl al-bait telah menarik perhatian. Abu Hurayrah<br />

sedikitnya meriwayatkan 3370 hadits dalam kodifikasi kutub al-sittah. 362 Di samping itu<br />

semua, ia mendapatkan banyak kritik termasuk dari sahabat itu sendiri. Umar bin<br />

Khatab dan Aishah, dilaporkan memiliki penilaian yang kurang baik terhadap Abu<br />

Hurayrah, disamping beberapa kasus perdebatan lainnya antara Abu Hurayrah dengan<br />

sahabat-sahabat lain. Akan tetapi, perdebatan-perdebatan tersebut dinetralisir oleh,<br />

sebagai contoh, al-Zahabi dalam Siyar A’lam Nubala-nya. 363<br />

Terlepas dari usaha pembebasan terhadap Abu Hurayrah, hal ini secara otomatis<br />

memperlihatkan bahwa pada masa awal, sahabat saling melakukan evaluasi satu sama<br />

lainnya, sebagai prasyarat diterimanya sebuah riwayat. Di luar kasus Abu Hurayrah<br />

yang disampaikan di atas, Junboll juga memberikan contoh-contoh lain yang<br />

memperlihatkan praktek kritik antar sahabat. Artinya, pada masa itu, pada abad<br />

pertama Islam, dictum kullu shahabi ‘udul belum dikenal.<br />

Lebih lanjut, Juynboll mengutip contoh lainnya yang berkaitan dengan sebuah<br />

kisah pada masa Khalifah Harun al-Rasyid (memerintah tahun 170-193 H). Cerita<br />

tersebut memperlihatkan sebuah perdebatan di istana mengenai sebuah perkara. Dalam<br />

rangkaian perdebatan, salah satu riwayat Abu Hurayrah dimunculkan. Salah seorang<br />

peserta menyatakan bahwa riwayat tersebut tidak bisa diterima karena Abu Hurayrah<br />

adalah seorang pembohong. Lantas, seorang tokoh lainnya, Umar Habib, melakukan<br />

pembelaan. Ketika Harun al-Rasyid condong kepada pendapat yang mencela Abu<br />

Hurayrah, Umar Habib kembali menekankan bahwa riwayat tersebut benar dan<br />

terjamin dari Rasul, dan kemudian ia meninggalkan forum begitu saja. Singkat cerita,<br />

Umar Habib kembali dipanggil ke hadapan Harun al-Rasyid dan menyampaikan bahwa<br />

jika sahabat (Abu Hurayrah) dituduh berdusta, maka seluruh syari’at akan hancur;<br />

petunjuk mengenai shalat, wudhu’, puasa, waris, dan sebagainya akan kehilangan<br />

legalitasnya. 364<br />

Menurut Juynboll, perdebatan tersebut—apakah ia historis atau tidak—<br />

memperlihatkan bahwa diskusi dan pembelaan mengenai keadilan sahabat terus<br />

berkembang pada abad kedua Hijriah. Akan tetapi, belum ada formasi eksplisit<br />

mengenai dictum keadilan kolektif sahabat. Abu al-Qasim al-Balkhi (w. 319) dalam<br />

bukunya yang berjudul Qabul al-Akhbar menuliskan sedikitnya 5 halaman mengenai<br />

konfrontasi Abu Hurairah dengan para sahabat lainnya. Salah satunya, yang dikutip<br />

secara langsung oleh Juynboll, adalah perdebatan Abu Hurayrah dengan masyarakat<br />

Iraq. Pada perdebatan tersebut, Abu Hurayrah menyatakan: “Wahai warga Iraq, Kamu<br />

361 Berdasarkan tabel Komaruddin Amin.<br />

362 Lihat table jumlah riwayat para sahabat dalam kutub al-sittah dalam Komaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan…, hlm. 54.<br />

363 G.H.A Juynboll, Muslim Tradition…, hlm. 193.<br />

364 G.H.A Juynboll, Muslim Tradition…, hlm. 198.<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 155

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!