04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sunnah yang sebenarnya berasal dari Nabi saw, ia hanya sekadar “tradisi yang hidup”<br />

dari madzhab yang ada diproyeksikan ke belakang hingga ke lisan Nabi saw. (4)Schacht<br />

berpandangan bahwa sunnah atau tradisi yang hidup (living tradition) yang seharusnya<br />

adalah tradisi Madinah, bukan tradisi Irak sebagaimana yang diangkat oleh al-Syafi’i,<br />

sehingga munculnya sanad mengindikasikan adanya kesalahan sejarah dan konteks<br />

sosial. Karena itu, Schacht pada gilirannya memunculkan teori “Projecting Back” yang<br />

beroperasi dalam kritik sanad.<br />

Dalam membidik dan mengkritik matan hadis, Schacht mengambil beberapa<br />

matan hadis yang terdapat dalam kitab al-Maghâzî karya Mûsâ bin ‘Uqbah al-Asadî.<br />

Sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. ‘Azamî dalam bukunya yang berjudul, “Manhaj<br />

al-Naqd ‘Inda al-Muhadditsîn”, beliau memaparkan empat contoh matan hadis yang<br />

dikritik oleh Schacht, kemudian beliau menganalisa dan mengkritik atas kritik matan ala<br />

Schacht.<br />

Hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-Maghâzî kemungkinan besar terjadi<br />

pada masa pertengahan abad kedua Hijriah. Hadis-hadis tersebut merupakan pengaruh<br />

dari Dinasti ‘Abbasiyah, di mana mereka sangat membenci keluarga ‘Alawiyin. Lebihlebih<br />

kelembutan sikap lahiriyah terhadap pemerintahan Abû Bakar menunjukkan<br />

bahwa hadis tersebut dipalsukan pada masa – relatif – belakangan sesudah munculnya<br />

Daulah ‘Abbasiyah. Oleh karena itu sulit sekali untuk menerima kenyataan bahwa hadishadis<br />

itu ditulis oleh Mûsâ bin ‘Uqbah, sebab ia meninggal pada awal berdirinya Daulah<br />

‘Abbasiyah. 284<br />

Schacht melancarkan kritik matan terhadap sebagian hadis yang terdapat dalam<br />

kitab al-Maghâzî, karya Mûsâ bin ‘Uqbah. Schacht berkata, “Mûsâ bin ‘Uqbah (penulis<br />

kitab al-Maghâzî) mengatakan bahwa dia mengambil sumber-sumber hadis dari al-<br />

Zuhrî. Ibn Ma’în juga menganggap bahwa kitab Musâ yang bersumber dari al-Zuhrî<br />

adalah kitab yang paling otentik di antara kitab-kitab hadis yang menceritakan tentang<br />

peperangan Nabi saw. Oleh karena itu, tidak mungkin dalam kitab al-Maghâzî – dalam<br />

bentuknya yang asli- itu terdapat hadis-hadis yang diterima dari jalur selain al-Zuhrî.<br />

Akan tetapi, karena di dalam kitab itu terdapat hadis-hadis dari jalur selain al-Zuhrî,<br />

yaitu hadis nomor 6, 8, 9, dan 10, maka bisa dipastikan bahwa hadis-hadis itu adalah<br />

“tambahan sejak aslinya”.” 285<br />

Salah satu contoh matan hadis yang terdapat dalam kitab al-Maghâzi yang<br />

dikritik oleh Schacht adalah hadis no. 9, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullâh<br />

bin Umar yang berbunyi, “Abdullâh bin Umar berkata, “Rasulullah saw. tidak<br />

mengecualikan Fatimah ra. (dalam masalah hukum pidana).”<br />

Hadis ini dinilai Schacht sebagai hadis yang mengingkari akan keistimewaan<br />

keluarga Nabi saw. dalam hukum pidana. Oleh karena itu hadis ini dinilai sebagai hadis<br />

anti keluarga ‘Ali (Alawiyyin), sebab tidak mengakui adanya keistimewaan keluarga<br />

‘Alawiyyin dalam masalah pidana. 286<br />

284 Azami, Studies in Early Hadith Literature, Pent: Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yakub, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000) cet.2, h. 617-618<br />

285 Azamî, Studies In Early h.524-525<br />

286 Ibid, h.133-137<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 134

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!