KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Ironinya para pengikut tiap agama itu menganggap agamanya sendiri lebih<br />
unggul dari semua agama yang lain. Sebagian pengikut agama, khususnya sebagian<br />
pengikut agama Kristen dan Islam, berfikir bahwa agamanya sendirilah yang dianggap<br />
sebagai agama dalam arti yang sebenarnya, sementara semua agama yang lain itu tidak<br />
ada sama sekali. Kepercayaan demikian diberikan sebagai landasan bagi penegasan<br />
pernyataannya, misalnya “hanya agama saya sendirilah satu-satunya yang dari Tuhan”<br />
atau “agama saya sendirilah satu-satunya agama yang mempunyai kebenaran ilahiah<br />
yang asli, sementara semua agama-agama lain tidak asli lagi” karena berbedanya tata<br />
cara peribadatan.<br />
Sangat dipertahankan bahwa karena kandungan intelektual kepercayaan agama<br />
itu diungkapkan pada terma-terma iconic, maka tidak ada kriteria kebenaran intelektual<br />
bagi kepercayaan-kepercayaan ini, dan bahwa ajaran-ajaran yang seolah-olah<br />
mengandung kontradiksi kenyataannya tidak boleh berkontradiksi melainkan harus<br />
saling melengkapi. Apabila pernyataan ini diterima maka tidak ada justifikasi rasional<br />
bagi penegasan secara publik karena agama kita itu lebih baik daripada agama lain<br />
(sekalipun kita terus berfikir demikian), dan paling tidak, justifikasi parsial bagi<br />
diakuinya agama-agama lain sebagai sama benarnya dengan agama kita. 419<br />
Dalam pemikiran Kristen, karena agama ini berasal dari Puncak Gunung<br />
Sermonm, Yesus mengatakan bahwa guru-guru agama harus dinilai sesuai dengan<br />
kualitas hasil ajarannya. Dalam cara yang sama bahwa pohon yang baik itu berbeda<br />
dengan pohon yang buruk dari kualitas buah yang dihasilkannya. Apabila konsep ini<br />
diterapkan kepada agama, maka kita dapat mengatakan bahwa agama itu memproduksi<br />
buah yang baik ketika memampukan mayoritas anggota-anggota pemeluknya untuk<br />
mengarahkan kehidupan yang bermanfaat dalam masyarakat yang harmonis, selain<br />
adanya kesakitan dan nasib buruk. Ini secara jelas bukannya kriteria yang dapat<br />
diterapkan dengan pertimbangan matematika yang kaku, melainkan dapat menjadi<br />
wilayah persetujuan yang luas antara bangsa dari tradisi-tradisi yang berbeda satu sama<br />
lain mengenai buah yang baik itu.<br />
Satu kriteria dari agama yang diakui, apabila agama itu memiliki buah yang baik,<br />
gambarannya ada pada alam semesta dan dari tempat kehidupan manusia yang harus<br />
dianggap benar, paling tidak, mengikuti petunjuk yang kuat bagi penganut-penganutnya<br />
dalam menjalani hidup. Sebab gambaran itu diekspresikan dalam bahasa iconic atau<br />
gambaran sejarah, yang mungkin lebih baik untuk menyebut kecukupan ketimbang<br />
kebenaran. Bahwa agama-agama itu mempunyai buah yang baik yang menjadi alasan<br />
lebih lanjut untuk mengakui bahwa buah-buah yang baik itu sama dengan buah agama<br />
kita sendiri secara mendasar. Sehubungan dengan kriteria hasil, penting untuk dicatat<br />
bahwa telah beberapa abad lamanya agama yang sama itu boleh jadi mempunyai hasil<br />
yang berbeda dari abad ke abad. Inilah yang menjadi sebab agama itu hidup, tumbuh,<br />
berubah, bahkan ketika agama itu tidak berubah dalam basis kitab suci dan ajarannya.<br />
Selanjutnya dapat dikatakan bahwa adanya ajaran pada setiap agama<br />
menunjukkan bahwa Tuhan berbuat pada semua agama. Pernyataan ini dibuat pada<br />
bentuk teistik sesuai dengan tiga agama Abrahimi, namun pernyataan equivalen ini<br />
419 Ibid. hlm. 126<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 189