04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menyebut hadis sebagai the monument of early moslem syncretism. 252 Jadi, menurut<br />

Wensinck, hadis merupakan komposisi campur aduk antara ajaran-ajaran dan tradisitradisi<br />

yang dihisap dari Kristen, Yudaisme, Yunani (Helenisme) dan Romawi.<br />

Persepsi Wensinck tentang hadis tersebut di muka, boleh jadi terbentuk oleh<br />

latar belakang keilmuan yang dikuasainya. Ia mampu mengkombinasikan berbagai<br />

varian dan spesialisasi dalam kajian sejarah agama-agama. Dengan penguasaan yang<br />

mendalam terhadap sejarah-sejarah agama-agama Semit, Wensinck mampu<br />

menghubungkan fakta-fakta sejarah dan tradisi-tradisi antaragama. Wensinck dengan<br />

leluasa melakukan cross-check otentisitas sebuah matan hadis dengan kebenaran<br />

sejarah. Pendeknya, untuk mengetahui otentik-tidaknya sebuah hadis, dalam arti sejauh<br />

mana orisinalitas dan genuinitas matan sebuah hadis sebagai produk ajaran Islam,<br />

Wensinck melakukan ‘kritik’ terhadap sebuah matan hadis dengan kenyataan dan faktafakta<br />

sejarah, tradisi-tradisi dan ajaran-ajaran agama-agama pendahulu Islam. Contoh<br />

sederhana yang diberikan Wensinck dalam hal ini adalah tiga riwayat hadis tentang<br />

pengkafanan jenazah. Menurutnya, tiga riwayat ini mencerminkan evolusi tiga tradisi<br />

pengkafanan jenazah yang berbeda, yakni: tradisi kaum Semit kuno, Yahudi, dan Kristen<br />

Syiria.<br />

Otentisitas hadis juga menyangkut persoalan apakah sebuah hadis benar-benar<br />

berasal dari ucapan Nabi atau buatan para generasi setelahnya. Wensinck memandang<br />

bahwa hadis, yang dianggap kata-kata Muhammad (logia Muhammadis), sebenarnya<br />

adalah cermin dari sejarah pemikiran Islam selama abad pertama Hijriyah. 253 Di tempat<br />

lain, Wensinck juga menyebut hadis sebagai hasil pergulatan teologis generasi<br />

sahabat. 254<br />

Wensinck menyatakan bahwa hadis adalah sumber utama untuk apa yang<br />

disebutnya sebagai history of dogma and law. Karena, hamper tidak ada sebuah<br />

pandangan yuridis maupun teologis yang tidak dijustifikasi oleh hadis. Dengan<br />

demikian, bagi Wensinck, hadis merupakan sumber informasi utama bagi<br />

perkembangan awal teologi Islam.<br />

Di antara hadis-hadis yang dianggapnya buatan para sahabat (tidak otentik)<br />

adalah hadis-hadis tentang akidah, syahadat dan rukun Islam. Menurut Wensinck, hadishadis<br />

tersebut mencerminkan kondisi akidah Islam pada masa awal perkembangannya.<br />

Wensinck berkata, “Beberapa dekade sesudah Nabi saw wafat, terjadi<br />

perkembangan dari pemikiran dan pekerjaan. Perkembangan ini mengilhami tokohtokoh<br />

spiritual untuk menjelaskan tentang semangat Islam yang terdapat dalam Hadishadis<br />

Nabi saw antara lain – dan yang secara umum hal itu paling penting – hadis<br />

tentang akidah dan syahadat, dan hadis tentang ‘Islam’ ditegakkan di atas lima pilar. 255<br />

Menurut Wensinck, sebagai bukti bahwa dua hadis tersebut baru dibuat oleh<br />

para sahabat sesudah Nabi saw wafat adalah sebagai berikut :<br />

252<br />

Wensinck, “The Importance of…” The Moslem World, hal.243 dikutip dari skripsi Ipad Badru yang berjudul “Studi Hadis dalam<br />

Kesarjanaan Barat”.<br />

253<br />

A.J.Wensinck, The Muslim Creed : its Genesis and Historical Development (London: Frank Cass & Co Ltd., 1965), hal.1<br />

254 Wensinck, The Muslim Creed, hal 19.<br />

255 Wensinck, The Muslim Creed, hal 19.<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 125

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!