04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

dirasakan oleh pengkaji hadis, di Barat utamanya, yakni sulitnya menemukan atau<br />

mengumpulkan hadis-hadis tentang subyek yang dikaji yang tersebar dalam berbagai<br />

kitab koleksi hadis. Padahal hadis-hadis dalam berbagai koleksi tersebut telah disusun<br />

sedemikian rupa dengan berbagai sudut pandang, prinsip, dan metode. Tetapi semua itu<br />

tidak dapat menolong dan memudahkan para peneliti secara efektif. 265<br />

Wensinck, melakukan sejumlah langkah strategis untuk merealisasikan mega<br />

proyek penyusunan al-Mu’jam al-Mufahras:<br />

1. Mensosialisasikan niat dan gagasan tersebut ke publik ilmiah internasional.<br />

2. Mengundang para ilmuwan, khususnya sarjana-sarjana Semitis internasional<br />

untuk ikut bergabung dalam proyek tersebut.<br />

3. Mengorganisasi para sarjana partisipan dalam proses pengerjaan proyek<br />

tersebut.<br />

4. Menggalang dan dari sejumlah organisasi internasional untuk pembiayaan<br />

proyek.<br />

Al-Mu’jam al-Mufahras merupakan prestasi gemilang dunia kesarjanaan hadis<br />

Barat. Kehadirannya menjadi momentum yang sangat membanggakan dunia Eropa<br />

ketika sumbangan dunia Eropa terhadap kajian ketimuran (oriental studies) mengalami<br />

kemunduran yang sangat signifikan akibat berbagai faktor yang ditimbulkan oleh<br />

Perang Dunia I di antaranya: menipisnya dana penelitian, berkurangnya para orientalis<br />

dan calon orientalis dan faktor-faktor domestik lain Negara-negara Eropa sendiri. 266<br />

Motivasi<br />

Pendapat Wensinck tentang urgensi studi hadis, menurut Ipad Badru 267 menunjukkan<br />

dua motivasi studinya terhadap hadis, yakni: motivasi politik (kepentingan) dan<br />

kesarjanaan ilmiah (akademis). Motivasi politik terlihat dari pendapatnya tentang<br />

manfaat studi hadis sebagai alat untuk memudahkan dalam memahami Islam dan kaum<br />

Muslim bagi orang non-Muslim (Barat) yang akan tinggal di negara-negara berpenduduk<br />

Muslim. Disebut politis karena sebagai negara yang sering melakukan penjelajahan dan<br />

penjajahan untuk berbagai kepentingan politik, ekonomi, agama (3G: Glory, Gold,<br />

Gospel) ke negara-negara Islam (Timur Tengah, termasuk Indonesia), Belanda, pada<br />

waktu itu, sering mengirim wakil-wakilnya untuk tinggal di negara-negara tersebut.<br />

Wakil-wakilnya ini, dalam tugasnya sering kali mendapat kesulitan dalam memahami<br />

aspek kehidupan beragama penduduk setempat. Untuk itu, sebelum mereka dikirim,<br />

terlebih dahulu diberikan berbagai pemahaman tentang, salah satunya, agama pribumi.<br />

Pada masa kolonial ini, pengetahuan tentang Islam diperlukan sebagai ‘bekal<br />

pengetahuan’ menghadapi aspek kehidupan beragama penduduk pribumi di daerah.<br />

Walhasil, studi Wensinck terhadap hadis merupakan bagian dari skenario panjang<br />

265 A. J. Wensinck, “Proposed Alphabetical Index to Arabic Books of Tradition”, Journal of The Royal Asiatic Society (JRAS), 1916, hal. 840.<br />

Sebagaimana tulisan Ipad Badru dalam skripsinya yang berjudul “Studi Hadis dalam Kesarjanaan Barat”.<br />

266 Philip K. Hitti, review “Concordance et Indices de la Tradition Musulmane” Journal of American Oriental Society (JAOS), vol 56, 1936, hal<br />

511. dikutip dari skripsi Ipad Badru yang berjudul “Studi Hadis dalam Kesarjanaan Barat”.<br />

267 Dalam skripsinya “Studi Hadis dalam Kesarjanaan Barat”.<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 128

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!