KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Dalam beberapa kasus, kata Juynboll, seorang yang meskipun tidak pernah<br />
meriwayatkan sebuah hadits dari sahabat, namun dilaporkan pernah ‘melihat’ sahabat,<br />
maka social prestige-nya terangkat. 366<br />
Sikap Penulis terhadap teori Common Link<br />
Sebagaimana diisyaratkan di pendahuluan, teori common link menyatakan bahwa<br />
sebuah hadits tidak cenderung disandarkan secara langsung kepada Nabi hanya karena<br />
hadits tersebut tercatat dalam kutub al-sittah. Akan tetapi, pada karakter isnad secara<br />
umum, sebuah hadits biasanya disandarkan oleh seorang yang disebut common link<br />
yang meriwayatkan hadits kepada para pengikut/muridnya. Lebih lanjut, si common link<br />
tersebut merekayasa jalur sanad ke atas, ke otoritas yang lebih tinggi, demi<br />
mendapatkan legalitas hadits tersebut. 367 Fakta yang terlihat kemudian adalah bahwa<br />
sebuah hadits yang tertulis pada kumpulan hadits belakangan, cenderung memiliki isnad<br />
yang lebih lengkap daripada yang tertulis di kumpulan hadits terdahulu.<br />
Proses tersebut memperlihatkan fenomena lainnya yang biasa juga disebut back<br />
projection. Oleh sebab itulah kiranya Juynboll menyatakan bahwa hadits yang bersandar<br />
kepada sahabat senior memiliki kualitas yang lebih rendah daripada yang bersandar<br />
kepada sahabat yang lebih muda. Tidak mengherankan juga jika kemudian Juynboll<br />
menyatakan “neither Abu Hurayrah, nor for that matter any other Companions, can<br />
possibly be held responsible for the isnads in wich he/she occurs.” 368<br />
Satu pertanyaan kemudian muncul pada poin ini. Ketika sebuah hadits adalah<br />
tanggungjawab tabi’in—tidak bisa dianggap sebagai tanggungjawab sahabat—lantas<br />
mengapa Juynboll membahas status keadilan sahabat ini? Bukankah pembahasan<br />
mengenai personalitas sahabat menjadi tidak relefan lagi?; dalam arti bahwa tanpa<br />
mempermasalahkan kualitas sahabat pun, jika teori common link diterima dan<br />
diterapkan, maka teori ini akan tetap applicable.<br />
Dalam bukunya, Komaruddin Amin mengikuti alur yang dituliskan oleh Junboll,<br />
bahwa dengan 3 asumsi dasar commont link—sebagaimana yang telah dibahas oleh<br />
Juynboll 4 chapter sebelum pembahasan Accepting Traditions Means Knowing the Men:<br />
(1) system isnad lahir belakangan, sekitar tahun 80-an abad pertama Hijriah, (2)<br />
fenomena penyandaran kepada otoritas yang lebih tinggi muncul pada abad kedua ke<br />
atas, dan (3) terjadi pemalsuan isnad besar-besaran, jika tidak seluruhnya—pernyataan<br />
hadits bukanlah tanggungjawab seorang sahabat, melainkan tabi’in menemukan<br />
relevansinya. Oleh sebab itu, jika klaim Juynboll benar, maka konsep ortodoks mengenai<br />
‘adalah menjadi goyah. 369<br />
Pernyataan Komaruddin Amin di atas, terlihat seolah teori common link<br />
berpengaruh terhadap keadilan kolektif sahabat; seolah Juynboll membahas keadilan<br />
sahabat demi meruntuhkan konsep ‘adalah yang digagas oleh kaum tradisionalis. Akan<br />
366 G.H.A Juynboll, Muslim Tradition…, hlm. 202.<br />
367 Komaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan …, hlm. 161.<br />
368 G.H.A Juynboll, Muslim Tradition…, hlm. 196.<br />
369 Komaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan …, hlm. 53.<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 157