04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Lain halnya al-Qur’an yang tugasnya membina manusia serta<br />

membimbingnya ke sarana-sarana yang memungkinkan pintu ilmiah<br />

terbuka lebar, karenanya tidak pernah kita jumpai hal-hal kontradiktif<br />

antara hakikat ilmiah dan ayat-ayat al-Qur’an.” 169<br />

Kemudian kritik terhadap Bucaille juga diajukan oleh Ziauddin Sardar. Katanya,<br />

karya Bucaille seperti The Bible, the Qur’an and Science, merupakan legitimasi kepada al-<br />

Quran dalam kerangka sains modern. Sebuah legitimasi yang tidak diperlukan oleh kitab<br />

suci. Dampaknya, sains diberikan “the same universal and eternal validity as the Qur’an.”<br />

Bagi Ziauddin Sardar, al-Qur’an tidak membutuhkan validitas seperti itu karena al-<br />

Qur’an adalah abadi bagi kaum Muslimin. Selanjutnya Sardar mengatakan, “while the<br />

Qur’an obviously contains some passing references to natural facts, it is by no means a<br />

textbook of science. It is a book of guidance. It provides motivation, and only motivation,<br />

for the pursuit of knowledge. Knowledge begins with the Qur’an and does end with it.” 170<br />

Selanjutnya Mahdi Ghulshani, seorang ilmuan Iran, juga berkomentar.<br />

Menurutnya, ia yakin bahwa kemajuan sains membuat pemahaman atas al-Qur’an<br />

menjadi mudah. Ia mengutip pendapat Syaikh Mustafa al-Maraghi yang mengatakan :<br />

“Bukanlah maksud saya untuk mengatakan bahwa kitab suci ini<br />

mencakup, secara perinci atau ringkas, seluruh sains dalam gaya bukubuku<br />

teks, tetapi saya ingin mengatakan bahwa al-Qur’an mengandung<br />

prinsip-prinsip umum, dalam artian seseorang dapat menurunkan<br />

seluruh pengetahuan tentang perkembangan fisik spritual manusia yang<br />

ingin diketahuinya dengan bantuan prinsip-prinsip tersebut. Adalah<br />

kewajiban para ilmuan yang terlibat dalam berbagai sains itu untuk<br />

menjelaskan perincian yang diketahui pada masanya kepada<br />

masyarakatnya....<br />

“Adalah penting untuk tidak memperluas (makna ayat) sejauh itu agar<br />

kita tidak dapat menafsirkan dalam sorotan sains. Juga seseorang tidak<br />

boleh melebih-lebihkan penafsiran fakta-fakta ilmiah sehingga dapat<br />

cocok dengan ayat al-Qur’an. Bagaimanapun, jika makna lahiriah ayat itu<br />

konsisten dengan sebuah fakta ilmiah yang telah mantap, kita<br />

menafsirkannya dengan bantuan itu. “ 171<br />

Kesimpulannya, pemikiran Maurice Bucaille perlu dikritisi dengan beberapa<br />

alasan, yaitu: (1) menjustifikasi sains modern dengan al-Qur’an bisa berakibat fatal.<br />

Karena sains modern yang sifatnya masih berubah-ubah, dikhawatirkan jika ada teori<br />

sains yang baru tetapi tidak ada di al-Qur’an, al-Qur’an dianggap tidak relevan. (2) Al-<br />

Qur’an memang berisi tentang isyarat ilmiah, namun tidak terperinci sebagaimana<br />

halnya ensiklopedi sains. Tugas para Ilmuan lah yang menjelaskan isyarat tersebut.<br />

169<br />

Muhammad al-Ghazali, al-Qur’an Kitab Zaman Kita, terj: Masykur Hakim dan Ubaidillah, (Bandung: Mizan, 2008) hal. 326.<br />

170<br />

www.INSISTNET.com. Diakses pada 25-11-2011.<br />

171<br />

Mahdi Ghulshani, Filsafat sains menurut al-Qur’an,(Bandung:Mizan, 20030) hal. 62.<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 89

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!