04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Disini Juynboll mengungkapkan dua argument. Pertama, menurut Juynboll<br />

pernyataan Malik ia adalah murid Nafi tidak masuk akal karena perbedaan umur yang<br />

jauh antara Malik dan Nafi. Juynboll menjelaskan bahwa jika berpegang pada pendapat<br />

yang mengatakan Malik mencapai umur 86 tahun ketika meninggal dunia (179H/795M)<br />

berdasarkan tahun kelahirannya, yakni tahun 93 H dan ia benar-benar mendengar hadis<br />

dari Nafi yakni tahun 93 H, dan ia benar-benar mendengar hadis secara langsung dari<br />

Nafi maka ia tentu masih sangat muda ketika Nafi meninggal pada tahun 117H/735M.<br />

Ada juga yang berpendapat bahwa Nafi meninggal pada tahun 120H/738 M yang berarti<br />

pada saat itu Malik berusia 24 tahun. Hal ini bertentangan dengan informasi yang<br />

menyatakan bahwa Malik masih seorang Syabb bahkan Fata yakni anak muda yang<br />

berusia 14/17 tahun setelah meninggalnya Nafi. Jika indikasi Syabb dan Fata terjadi<br />

pada tahun 134 H/751 M ini berarti bahwa Malik dilahirkan kira-kira pada saat Nafi<br />

meninggal dunia, maka kemudian hitungan ini dalam pandangan Juynboll sesuai dengan<br />

tahun meninggalnya Malik dan sesuai dengan usia rata-rata seseorang pada saat itu.<br />

Maka Juynboll menyimpulkan bahwa hadis dengan isnad Nafi tidak mungkin sampai ke<br />

Malik kecuali dengan bahan tertulis (written material) yang didapatkan Malikbeberapa<br />

tahun setelah meninggalnya Nafi. Maka Malik sebenarnya meriwayatkan hadis Nafi<br />

berdasrkan tulisan (shahifah) dan meriwatkannya dengan cara ard atau muarradh,<br />

sebuah praktik periwatan hadis yang sudah ada pada tahun 110H. 382 Kedua, Nafi hanya<br />

berkedudukan sebagai a seeming atau an artificial common link, sedangkan the real<br />

common link-nya adalah Malik. Menurut Juynboll, sebagian besar hadis Nabi dengan<br />

Isnad Malik-Nafi-Ibn Umar tidak berasal dari Nafi’, tapi dari Malik. 383<br />

Bebagai temuan Juynboll mengenai isnad Malik/Nafi/Ibn Umar dikritik oleh<br />

Motzki dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam der Islam. Dalam tulisan tersebut,<br />

berbagai temuan Juynboll tentang isnad Malik-nafi-Ibn Umar dipertnayakan secara<br />

serius adapun yang pertama, mengenai kesejarahan tokoh Nafi, misalnya Motzki<br />

mengakui bahwa terdapat beberapa periwatan penting yang tidak banyak diketahui<br />

riwayat hidupnya justru periwayat yang kurang penting dijelaskan secara terperinci<br />

dalam berbagai buku biografi periwayat hadis lalu Motzki menyimpulkan bahwa<br />

biografi para periwayat arab lebih banyak dari pada biografi mawali. 384 Kedua, berbagai<br />

laporan mengenai biografi Nafi yang oleh Juynboll adalah kontradiktif sebenarnya<br />

tidaklah demikian. Walaupun terdapat dua versi mengenai asal usul nafii dalam sumbersumber<br />

biografi tertua, Juynboll tanpak tidak sadar bahwa Abrasyahr (daerah disekitar<br />

Naisabur) telah disebutkan dalam Tabaqat ibn Sa’d sebagai tempat kelahiran Nafi dan<br />

Umar mendapatkannya sebagai maula dalam operasi militernya. 385<br />

Ketiga, Motzki mempersoalkan sikap Juynboll yang kelihatan terkejut ketika<br />

membaca informasi tentang Nafi' yang hampir semuanya bersumber dari Malik sendiri.<br />

Menurut Motzki, berbagai tulisan biografis mengenai Malik tentu saja menitik beratkan<br />

pada hubungannya dengan Nafi' dan bukan hubungan Nafi' dengan murid-muridnya<br />

yang lain. Dan sangat logis jika Malik sendiri yang sering dikutip tcntang berbagai<br />

382 Ibid, hal 141<br />

383 Ibid, hal 143<br />

384 Whither Hadith-Studies? A Critical Examination of G.H.A. Juynboll’s Nafi’ the mawla of Ibn ‘Umar and His Position in Muslim Hadith-<br />

Literature”, rans. Fiona Ford and Frank Griffel. Radboud Universiteit Nijmegen, Publicatielijst Harald Motzki, 2011. Hal. 54f<br />

385 Harald Motzky, hal. 55<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 162

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!