KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
konsep hadits mutawatir, 348 diskursus Ilm Rijal al-Hadits, 349 dan termasuk ‘adalat alshahabah.<br />
350<br />
Motivasi<br />
Hampir seluruh ahli hadits dan juga umat Islam di dunia ini sepakat bahwa hadits-hadits<br />
yang terdapat dalam kitab-kitab hadits seperti al-kutub as-sittah shahih. Akan tetapi<br />
pada abad XIX dan abad XX para sarjana barat seperti Juynboll mulai meragukan<br />
validitas teori kritik hadits yang digunakan oleh para sarjana muslim dan sekaligus<br />
mempertanyakan otentisitas hadits nabi yang terdapat kitab-kitab hadits yang<br />
disepakati. Motivasi inilah yang membuat mereka mulai merumuskan teori-teori baru<br />
yang diharapkan akan betul-betul mampu menyeleksi dan memisahkan hadits-hadits<br />
palsu dari yang shahih.<br />
Mereka juga menganggap metode kritik hadits konvesional memiliki beberapa<br />
kelemahan, diantaranya: pertama, metode kritik isnad baru berkembang pada periode<br />
yang relatif lambat. Kedua, isnad hadits -sekalipun shahih- dapat dipalsukan secara<br />
keseluruhan hadits. Ketiga, tidak diterapkan kriteria yang tepat untuk memeriksa matan<br />
hadits. Oleh karena itu Junyboll mengajukan solusi dengan menggunakan metode<br />
common link.<br />
Collective Ta’dil: Paham Tradisional<br />
Dalam pandangan tradisional, sahabat merupakan golongan pertama yang menerima<br />
hadits dari Rasulullah untuk selanjutnya disampaikan kepada generasi berikutnya.<br />
Sahabat merupakan mata rantai pertama yang berperan sebagai penyambung lidah<br />
Rasulullah. 351 Sahabat mempunyai sikap antusiasme yang tinggi terhadap apa yang<br />
disampaikan Rasulullah. Meski dilarang untuk mencatat hadits karena dikhawatirkan<br />
bercampurnya hadits dan Alquran, mereka dengan semangat yang tinggi menghafal dan<br />
mengamalkan hadits dari Rasulullah. Jika seseorang tidak menghadiri majlis Rasul, dia<br />
akan menanyakan pesan-pesan Rasulullah kepada yang hadir. 352 Setiap kalimat yang<br />
disampaikan Nabi menjadi darah daging bagi para sahabat dengan wujud pengamalan<br />
dan perilaku mereka. Hal inilah yang tampaknya yang menyebabkan jumhur ulama<br />
berpendapat “as-Sahabatu kulluhum ‘udulun.” 353<br />
Bukan hanya itu, argument yang selalu dijadikan justifikasi keadilan sahabat ini<br />
tidak lain dan tidak bukan adalah al-Quran dan Hadits itu sendiri. Dua ayat yang selalu<br />
348<br />
Untuk melihat pembahasan G.H.A. Juynboll mengenai konsep tawatur bisa dilihat di Juynboll, “(Re)Appraisal of some Technical Terms in<br />
Hadith Science”, Islamic Law and Society, VIII, No. 3.<br />
349<br />
Dibahas secara panjang lebar oleh Juynboll sebagai salah satu chapter: Accepting Traditions Means Knowing the Men dalam Muslim<br />
Tradision. Lihat G.H.A Juynboll, Muslim Tradition: Studies in Chronology, Provenance, and Authorship of Early Hadith (New York: Cambridge<br />
University Press, 1983), hlm. 161-217.<br />
350<br />
Pembahasan ‘adalat al-shahabah merupakan salah satu sub-chapter dari Accepting Traditions Means Knowing the Men. Lihat Lihat<br />
G.H.A Juynboll, Muslim Tradition…, hlm. 190-206.<br />
351<br />
Nur ad-Din ‘Itr, Ulum Hadits Jilid I terj. Endang Soetari dan Mujio (Bandung: Rosda Remaja, 1994), hlm. 214.<br />
352<br />
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), hlm. 29.<br />
353<br />
As-Suyuti, Tadrib ar-Rawi fi Syarh at-Taqrib an-Nawawi (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), hlm. 214.<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 152