KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pemikiran Juynboll tentang Posisi Nafi’ dalam Jalur Sanad<br />
Pada pembahasan makalah sebelumnya telah dijelaskan bahwa Juynboll merupakan<br />
pengembang teori Common Link yang sebelumnya digagas oleh Schacht. Menurutnya,<br />
teori common link adalah teori yang brilian. Sayangnya, teori tersebut belum<br />
dikembangkan dalam skala yang luas oleh para pengkaji hadis. Hal itu barangkali karena<br />
teori ini kurang mendapatkan perhatian, elaborasi, atau penekanan yang selayaknya,<br />
bahkan oleh Schacht sendiri. Padahal menurutnya, jika orang mau memahami teori ini<br />
maka akan tampak bahwa ia sangat menarik dan mengagumkan, serta tergolong teori<br />
yang relatif baru. 373<br />
Dalam buku Ali Masrur, teori common link diistilahkan untuk seorang periwat<br />
hadis yang mendengar suatu hadis dari (jarang lebih dari) seorang yang berwenang dan<br />
lalu la menyiarkannya kepada sejumlah murid yang pada gilirannya kebanyakan dari<br />
mereka menyiarkannya lagi kepada dua atau lebih dari muridnya. Dengan kata lain,<br />
common link adalah periwayatan tertua yang disebut dalam berkas isnad yang<br />
meneruskan hadis kepada lebih dari satu murid. Dengan demikian, ketika berkas isnad<br />
hadis itu mulai menyebar untuk pertama kalinya maka disanalah ditemukan common<br />
link-nya. 374<br />
Oleh karena itu, teori ini berangkat dari asumsi dasaar bahwa semakin banyak<br />
garis periwayatan yang bertemu atau yang meninggalkan periwayatan tertentu maka<br />
semakin besar pula momen periwayatan itu memiliki klaim kesejarahan. Sebaliknya, jika<br />
suatu hadis diriwayatkan dari nabi melalui seseorang (sahabat), kepada orang lain<br />
(tabiin) dan kemudian kepada orang lain lagi (tabi’ tabiin) yang pada akhirnya sampai<br />
pada common link, dan setelah itu jalur isnad terdebut bercabang keluar maka<br />
kesejarahan jalur periwayatan tunggal itu tidak dapat dipertahankan. Dalam<br />
kenyataannya, sebagian besar isnad yang mendukung bagian yang sama dari sebuah<br />
matan hadis baru mulai bercabang dari kaitan bersama, yakni seorang periwayat yang<br />
berasal dari generasi kedua atau ketiga sesudah nabi. 375<br />
Dengan demikian, Ali Masrur menambahkan bahwa yang sering terjadi adalah<br />
yang menjadi common link (kaitan bersama) sebuah hadis adalah tabiin dan tabi’ tabiin.<br />
Jika demikian maka hadis itu secara historis belum terbukti berasal dari Nabi atau<br />
sahabat, tetapi berasal dari para tabiin atau bahkan tabi’ tabiin. Hal ini memperkuat ide<br />
Juynboll tentang kronologi hadis yang menyatakan bahwa hadis yang berakhir pada<br />
tabiin lebih tua dari hadis yang berasal dari para sahabat, dan pada gilirannya ia lebih<br />
tua dari pada hadis yang berakhir pada nabi. 376<br />
Di dalam Tahdzib at Tahdzib karangan Ibn Hajar, bahwasanya jalur Malik-Nafi-<br />
Ibn Umar diklaim oleh para ahli hadis, seperti al-Bukhari sebagai isnad paling shahih.<br />
Namun isnad emas ini diragukan oleh Juynboll. Adapun keraguan Juynboll ini atas<br />
isnad ini didasarkan atas dua hal, yakni kesejarahan tokoh Nafi dan hubungan guru dan<br />
murid antara Malik dan Nafi.<br />
373 Ali Masrur, Ibid., hal. 3.<br />
374 Ali Masrur, Ibid., hal. 3.<br />
375 Ali Masrur, Ibid., hal. 4.<br />
376 Ali Masrur, Ibid., hal. 5.<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 160