KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
teks al-Qur’an, terutama ketika metodologi kritik historis diterapkan dalam<br />
mengkajinya, bahkan terdapat beragan tuduhan yang dilontarkan kalangan orientais<br />
lama menyangkut keraguan mereka terhadap kebenaran wahyu yang diterima oleh<br />
Muhammad. Seolah ingin mengakhiri polemik tentang apakah al-Qur’an benar-benar<br />
wahyu ataukah buatan Muhammad sendiri, Watt menilai bahwa keraguan terhadap al-<br />
Qur’an dan kenabian Muhammad diakibatkan oleh analisis kritik historis yang<br />
bertumpu pada data yang dirujuk dari hadis-hadis, bukan pada pernyataan-pernyataan<br />
yang berasal dari al-Qur’an sendiri. Semestinya, menurut Watt, prinsip yang seharusnya<br />
dipegang oleh sejarawan adalah data al-Qur’an dan hanya menerima hadits sepanjang<br />
selaras dengan hasil kajian terhadap al-Qur’an. Dengan demikian konsepsi-konsepsi<br />
abad pertengahan sudah semestinya dikesampingkan, dan Muhammad harus dipadang<br />
sebagai seorang yang tulus serta telah mengemukakan secara jujur pesan-pesan yang<br />
diyakininya berasal dari Tuhan.<br />
Di bagian kedua yang membahas kajian Barat tentang metodologi penafsiran al-<br />
Qur’an, Mustofa Hulayin menulis tipologi penafsiran al-Qur’an yang dilakukan oleh Ignaz<br />
Goldziher dalam karyanya yang berjudul Die Richtungen der Islamischen Koranauslegung<br />
yang dialih-bahasakan ke dalam bahasa Arab menjadi Madzahib al-tafsir al-Islami atau<br />
Madzhab Tafsir dalam Islam. Goldziher menilai bahwa tafsir memiliki bias kepentingan,<br />
ketika dengan tafsirnya sendiri-sendiri, masing-masing sekte atau madzhab dalam Islam<br />
saling memperebutkan “klaim kebenaran Tuhan”. Melalui tafsir, al-Quran sebagai<br />
rujukan inti menjadi tempat pertaruhan tertinggi; sebuah kewenangan yang dianggap<br />
mutlak, senjata perang, sumber harapan, dan tempat suaka bagi seluruh ideologi yang<br />
menandai madzhab apapun.<br />
Upaya Goldziher ini dianggap belum sempurna, ketika perkembangan baru dalam<br />
apa yang disebut sebagai tafsir modern dalam Islam yang berkembang sesudah kuarter<br />
pertama abad ke-20 belum dimasukkan dalam bahasan Goldziher. Ruang kosong ini<br />
diisi oleh J.M.S. Baljon, seperti yang diungkapkan dalam tulisan M. Luthfi Damanhuri dan<br />
Muhammad Sofiyulloh, untuk perkembangan tafsir modern di India; serta Hans Jansen<br />
dan kajian Tafsir Modern di Mesir dalam tulisan Umar Ubaidillah dan M. Chaidoni.<br />
Kebutuhan terhadap tafsir modern ini meningkat sejalan dengan perkembangan baru<br />
yang dihadapi umat Islam, di mana penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an perlu<br />
disesuaikan dengan perubahan kondisi zaman. Beberapa tipologi baru dalam<br />
metodologi penafsiran al-Qur’an selain kecenderungan modern di dua wilayah: India<br />
dan Mesir yang belum dibahas oleh Godlziher dapat disebutkan di sini seperti<br />
metodologi penafsiran semantik yang digagas oleh Toshihiko Izutsu, seperti diuraikan<br />
dalam tulisan Nazar Hamjah dan Achmad Dailami, serta Maurice Bucaille yang<br />
menggagas sebuah style unik dalam metodologi penafsiran corak ilmiah dengan<br />
menjustifikasi temuan-temuan sains modern dengan ayat-ayat al-Qur’an. Seperti ditulis<br />
dalam makalah Hanif Ahmad Ansharullah dan Ahmad Fudhail.<br />
Kecenderungan baru lainnya dalam metodologi penafsiran al-Qur’an adalah<br />
pendekatan kritik sastra, seperti yang digagas oleh John Wansbrough. Ada dua tulisan<br />
tentang Wansbrough dalam buku ini, pertama oleh Zulfa dengan judul “John Wanbrough<br />
dan Metodologi Penafsiran Kitab Suci”; kedua, tulisan Muhammad Ali Aziz yang diberi<br />
judul “Tinjauan Historis dan Metodologis John Wansbrough”. Tulisan lain yang<br />
menegaskan pentingnya pendekatan kritik sastra sebagai salah satu metode panafsiran<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 9