04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Nabi tidak pernah mempunyai suatu ungkapan khusus yang mesti<br />

diucapkan oleh orang-orang yang baru memeluk Islam. Ketika orangorang<br />

Islam bertemu dengan orang-orang Kristen di Syam dan mereka<br />

mengetahui bahwa orang-orang Kristen mempunyai ungkapan khusus,<br />

mereka lalu merasakan perlunya membikin ungkapan atau kalimat<br />

seperti itu. Maka mereka pun mencetuskan semangat Islam dalam bentuk<br />

dua hadis tersebut. Karena hadis itu berisi dua syahadat, maka tidak<br />

mungkin itu berasal dari Nabi saw”.<br />

Sebenarnya Wensinck sangat mengetahui bahwa dua syahadat itu merupakan<br />

bagian dari tasyahud yang dibaca di akhir setiap dua rakaat dalam shalat. Seharusnya ia<br />

mengubah teorinya. Tetapi ia justru menuduh bahwa shalat itu baru selesai dalam<br />

bentuknya yang terakhir ini sesudah Nabi saw wafat. 256 Aneh sekali kalau demikian. Al-<br />

Qur’an sendiri berpuluh-puluh kali menyuruh untuk mengerjakan salat, 257 begitu pula<br />

hadis-hadis Nabi saw yang menerangkan shalat mencapai ribuan. Nabi saw sendiri tidak<br />

mengajarkan salat dalam bentuk yang belum sempurna dan membiarkan hal itu<br />

diselesaikan oleh para sahabat. 258<br />

Masalahnya tidak berhenti di situ, sebab salat dalam Islam dikerjakan secara<br />

berjamaah. Orang-orang Islam juga melakukannya demikian. Al-Quran sendiri juga<br />

menjelaskan demikian. Dan pada tahun pertama atau kedua hijri sudah ada adzan, al-<br />

Quran juga mengisyaratkan hal itu. 259 Sedangkan dua kalimat syahadat bagian dari<br />

adzan. 260<br />

Metode Kajian Hadis Wensinck<br />

Sebagai seorang doktor sastra, dalam penelitiannya, Wensinck menggunakan<br />

metode higher criticism, salah satu cabang dari analisis sastra (literary analysis), yang<br />

dikenal dengan ‘kritik sejarah’ (historical criticism) yang berupaya mengungkap<br />

orisinalitas sebuah teks (kajian filologi). Secara khusus, fokus analisis higher criticism<br />

tertuju pada sumber-sumber sebuah dokumen (teks) dan pada upaya menentukan<br />

pengarang (author), waktu (period) dan tempat (place) penulisan dan materi asal teks<br />

tersebut.<br />

Sebagai seorang sejarawan, Wensinck menggunakan metode penelitian sejarah<br />

atau lebih dikenal dengan istilah ‘metode sejarah’ (historical method), 261 yakni<br />

serangkaian teknik dan pedoman hal mana para sejarawan menggunakan sumbersumber<br />

primer sejarah dan fakta-fakta lainnya untuk meneliti sejarah dan kemudian<br />

menulisnya.<br />

256<br />

Wensinck, The Muslim Creed, hal. 32<br />

257<br />

Lihat: al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an, 413-414<br />

258<br />

MM. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, penterjemah Ali Mustafa Yaqub (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), hal.614.<br />

259<br />

Al-Quran, Surah al-Jumu’ah, 9.<br />

260<br />

MM. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, hal. 614<br />

261<br />

Wensinck, “The Importance of…” The Moslem World, hal. 244 dikutip dari skripsi Ipad Badru yang berjudul “Studi Hadis dalam<br />

Kesarjanaan Barat”.<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 126

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!