KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Sebagian besar hadits itu adalah merupakan reaksi dari suatu perkembangan<br />
Islam, karena pada masa itu isnad direkayasa sebagai hasil dari pertentangan antara ahli<br />
fiqh klasik dan ahli hadits, maka tak satupun dari hadits nabi, terlebih yang berkenaan<br />
dengan persoalan hukum, dapat dipertimbangkan sebagai hadits sahih. Singkatnya<br />
hadits-hadits itu sebenarnya tidak berasal dari nabi, tetapi dari generasi tabiin. 327<br />
Oleh karena itu Juynboll mengajukan solusi dengan menggunakan metode<br />
common link dan metode analisis isnad. Metode common link tidak hanya berimplikasi<br />
pada upaya merevisi metode kritik hadits konvensional, tetapi juga menolak seluruh<br />
asumsi dasar yang menjadi pijakan bagi metode itu. Jika metode kritik hadits<br />
konvensional berpijak pada kualitas periwayatan, maka metode common link tidak<br />
hanya menekankan kualitas periwayatannya saja, tetapi juga kuantitasnya.<br />
Metodologi Juynboll<br />
Dalam mengkaji sejarah awal hadits, Juynboll menggunakan metode yang dibangun<br />
diatas prinsip-prinsip dasar kritik teks historis-filologis. 328 Filologi adalah studi tentang<br />
budaya dan kerohanian suatu bangsa dengan menelaah karya-karya sastra atau sumbersumber<br />
tertulis miliknya. 329 Jadi dalam konteks ini pendekatan filologi ialah sebuah<br />
pendekatan studi agama (Islam) yang memfokuskan kajiannya pada naskah-naskah atau<br />
sumber-sumber keagamaan guna mengetahui budaya dan kerohanian keagamaan<br />
tersebut.<br />
Karena filologi banyak berkutat dalam kebahasaan, maka kunci utama filologi<br />
ialah bahasa. Seorang filolog setidaknya harus menguasai bahasa sumber, jika dalam<br />
Islam ialah bahasa Arab. Selain itu, menurut Adams seorang filolog yang sedang<br />
mengkaji Islam idealnya juga harus menguasai bahasa-bahasa tambahan lainnya, yakni<br />
Bahasa Persia, Urdu, Turki. Hal ini karena dari wilayah-wilayah itu banyak muncul<br />
literatur-literatur yang diidentikkan dengan Islam. 330<br />
Kemudian pendekatan historis ialah pendekatan yang menelusuri arti dan makna<br />
bahasa yang sudah tertulis sebagaimana dipahami pada saat pengarang menulisnya.<br />
Selain itu, pendekatan historis juga menelusuri hubungan karya satu dengan karyakarya<br />
lainnya, sehingga kualitas unsur-unsur kesejarahannya dapat diketahui.<br />
Dari sini maka bisa diketahui dengan jelas bahwa hubungan antara pendekatan<br />
filologi dan pendekatan historis ialah sangat erat, bahkan bisa dikatakan sama. Dan dari<br />
sini pula bisa diambil pemahaman bahwa pendekatan historis-filologis setidaknya<br />
mempunyai beberapa kata kunci, yakni naskah, bahasa, makna, pengarang, asal-usul<br />
atau latar belakang kesejarahan naskah, dan hubungan antar naskah. Jika menurut<br />
327 Josep Schacht, An introduction of Islamic Law, h. 34.<br />
328 Ali Masrur, Teori Common Link G.H.A. Juynboll: Melacak Akar Kesejarahan Hadits Nabi, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2007), h. 115.<br />
329 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya : Penerbit Arkola, 1994) h. 178.<br />
330 Charles J. Adams, “The Islamic Relegious Tradition,” dalam Religion and Man: An Introduction, ed. W. Richard Comstock (New York:<br />
Harper & Row Publishers, 1971), h. 41.<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 146