04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

hadis yang otentik dari Nabi s.a.w., khususnya hadis-hadis yang berkaitan dengan<br />

masalah hukum. Keunggulan kesimpulannya itu, telah menjadikan buku J. Schacht yang<br />

berjudul The Origins of Muhammadan Jurisprudence akhirnya menjadi 'kitab suci' kedua<br />

bagi kalangan orientalis sesudah karya Ignaz Goldziher.<br />

Pandangannya tentang Otentisitas Hadis<br />

Di kalangan orientalis, telah mengakar suatu pendapat bahwa sebagian terbesar hadits<br />

merupakan hasil perkembangan Islam dalam bidang agama, politik, dan sosial dalam<br />

kurun waktu dua abad, yaitu abad pertama dan kedua. Dan hadits itu bukanlah<br />

merupakan dokumen Islam pada masa-masa awal pertumbuhannya, melainkan<br />

merupakan salah satu efek kekuasaan Islam pada saat kejayaannya.<br />

Pada bagian pinggir bukunya, Dr. Ali Hasan al-Qadir berkata, “pendapat yang<br />

kamu nukil itu adalah pendapat Goldziher dalam bukunya Dirasat Islamiyah’. 209<br />

Pendapat Goldziher itu telah tersebar di Barat dan Timur serta diterima oleh para<br />

orientalis. Golzdiher sendiri menegaskan pendapatnya tentang As-Sunnah dalam<br />

bukunya al-Aqidatu wasy-Syari’atu fi al-Islam.<br />

Goldziher berkata, “kami tidak bisa menisbatkan hadits-hadits palsu itu hanya<br />

kepada generasi-generasi belakangan (yaitu generasi sesudah sahabat dan tabi’in)<br />

karena pada masa-masa sebelumnya, hadits-hadits tersebut telah muncul. Hadits-hadits<br />

ini adakalanya diucapkan Rasulullah atau merupakan praktek kehidupan sahabat dan<br />

tabi’in. Akan tetapi, di sisi lain, sulit untuk mendapatkan kejelasan dan menelusuri<br />

“bahaya” yang terus bermunculan ini dengan rentang waktu yang lama dan tempat yang<br />

berjauhan dari sumber asli, karena para tokoh berbagai aliran, baik yang bersifat teoritis<br />

maupun praktis, telah membuat hadits-hadits yang tampaknya asli. Hadits-hadits itu<br />

dinisbatkan kepada Rasulallah dan para sahabatnya. Kenyataannya, setiap pemikiran,<br />

partai, dan setiap penganut suatu aliran dapat menopang pendapatnya dengan cara ini.<br />

Oleh karena itu, dalam bidang ibadah, aqidah, kaidah-kaidah fiqih, atau normanorma<br />

politik, tidak ditemukan aliran atau lembaga yang tidak mengkokohkan<br />

pendapatnya dengan suatu hadits atau sejumlah hadits. Hadits itu tampaknya asli.<br />

Sehubungan dengan itu, para ulama membangun suatu subdisiplin ilmu tersendiri, yaitu<br />

ilmu tentang kritik hadits. Dengan ilmu ini, mereka dapat membedakan hadits-hadits<br />

yang shahih dan yang tidak shahih ketika melakukan kompromi antara berbagai<br />

pendapat yang kontradiktif. Mudah difahami bahwa metode-metode kajian mereka<br />

(ulama) tentang kritik hadits tidaklah sama seperti metode-metode kajian kami<br />

(orientalis). Di sinilah akan menemukan medan yang luas dalam bidang kajian haditshadits.<br />

Hasil kritik hadits (oleh ulama) itu diantaranya adalah pengakuan terhadap enam<br />

kitab hadits sebagai kitab induk. Hal ini terjadi pada tahun ketujuh Hijrah. Dalam kitabkitab<br />

itu, sebagian ulama pada abad ketiga Hijriyah menghimpun bermacam-macam<br />

209 Nadhrah ‘Ammah fi Tarikhil Fiqhil Islami : 126-127; Dairah al-Ma’arif al-Islamiyah, materi Hadits, dan Shorter Encyclopedia of Islam,<br />

karya H.A.R Gibb dan J.H Kramer P.116<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 112

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!