04.05.2013 Views

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

sifat-karaksteristik dan antagonistik antara budaya Islam-Arab dengan Barat. 430 Sebagai<br />

seorang kelahiran Palestina, Edward Said menginginkan tanah kelahirannya tersebut<br />

menjadi suatu negara yang mandiri serta berdaulat, namun meskipun begitu dia tetap<br />

mengakui keberadaan negara Israel. Oleh karena itu, Edward Said juga banyak di kritik<br />

oleh dunia Arab, khususnya dari kelompok Hamas.<br />

Ada suatu hal yang menarik dari Edward Said yaitu ketika dia mengkritik Barat,<br />

tetapi tidak mengecam gerakan radikal Islam al-Qaeda. 431 Hal itu dapat dimengerti<br />

karena menurutnya tak ada sesuatu yang “terisolasi” di arena “globalisasi”. Pengaruhmempengaruhi,<br />

hegemoni pengaruh Islam versus Barat, maupun pengaruh Liberal<br />

Demokratis Barat (occident) kepada negara-negara lemah (orient). Sebenarnya<br />

pandangan dasar orientalisme yang ditulis Edward Said merupakan suatu ilmu dengan<br />

kepentingan untuk “menguasai” bangsa-bangsa di luar Barat. Hal ini bisa kita lihat<br />

secara nyata dalam hegemoni dunia Barat di Timur, khususnya dalam penguasaan<br />

ekonomi serta menguras sumber daya alam Timur, namun tetap memberi stereotip<br />

kepada Timur sebagai negara-negara primitif. Pena orientalis seolah sama<br />

kedudukannya dengan serdadu, pedagang, dan pegawai pemerintah kolonial. Mereka<br />

datang untuk menyerbu dan menjarah bangsa lain, yaitu bangsa-bangsa di Timur<br />

maupun negara-negara berkembang. Dalam karya orientalismenya tersebut, Edwar Said<br />

ingin menyatakan kepada dunia bahwa ada alternatif lain (di antara dua kubu yang<br />

berseteru: Islam vs Barat, ed.), sebuah pihak ketiga, yaitu peradaban manusia nonkekerasan,<br />

toleran, demokratik tertib sipil dari dunia ketiga.<br />

Metodologi<br />

Said menolak tradisi pemahaman liberal tentang humanities sebagai keseluruhan<br />

organisasi yang murni atau pengetahuan “disinterested”. Ide, budaya, dan sejarah tidak<br />

dapat dengan serius dipelajari tanpa kekuatan. Argumentasi Said mengambarkan dua<br />

prinsisp sumber metodologi, yaitu Foucault dan Gramsci. 432<br />

Ada beberapa prinsip-prinsip Foucault yang dipakai oleh Said: Pertama, power<br />

dan bagaimana cara kerjanya. Ada dua cara berprinsip yaitu konsepsi pada power dan<br />

bagaimana cara berjalannya. Seperti yang kita ketahui selama ini, Foucault menolak<br />

konsepsi power sebagai sebuah kekuatan yang didasarkan pada represi sederhana.<br />

Menurutnya instrumen kunci dari power adalah ”pengetahuan”. Foucault<br />

mengembangkan sebuah argument yang berhubungan dengan segala bentuk<br />

”pengetahuan”. Kedua, discourse. Said mengadopsi pendapat Foucault tentang<br />

”Discourse”—sebagai medium yang merupakan kekuatan dan melalui tersebut<br />

dilaksanakan— “construct” objek pengetahuan. Dalam Said, power/kekuasaan dalam<br />

orientalism mengubah “kenyataan” Timur ke dalam diskursif “Orient”, atau lebih<br />

tepatnya menggantikan satu dengan yang lain.<br />

430 Nyoman Kutha Ratna. 2008. Post-Kolonialisme Indonesia, Relevansi Sastra. Yogyakarta :Pustaka Pelajar,. Hal. 27<br />

dalam www.carabaca.blogspot.com “Sastra Poskolonial, Sastra Pembebasan”<br />

431 http://weberseventy.blogspot.com/2009/02/resume-pemikiran-edward-said-dalam_25.html<br />

432 http://kuliahsosiologi.blogspot.com/2011/05/edward-said-orientalism-and-beyond.html<br />

Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 197

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!