KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
KAJIAN ORIENTALIS QURAN HADIS - Blog MENGAJAR
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
sebagaimana praktek para salafi. Para Qurra tidak boleh membaca al-Qur’an tanpa<br />
memenuhi kesepakatan syarat-syarat riwayah. 73<br />
Jeffery juga tidak tepat ketika mengatakan bahwa aksara gundul adalah penyebab<br />
terjadinya perbedaan qiraah. Padahal perbedaan qira’ah berawal dan berasal dari<br />
Rasulullah saw sendiri. Al-Qur’an diwahyukan secara lisan dan ungkapan lisan<br />
Rasulullah saw kepada ummat berupa teks sekaligus cara mengucapkan (prononsiasi).<br />
Yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Para sahabat tidak ada yang<br />
menginovasi qira’ah. Qira’ah muncul karena sebagian Sahabat sulit untuk menggunakan<br />
dialek Quraisy. Qira’ah adalah sunnah yang harus diikuti (al-qira’ah sunnah muttaba’ah).<br />
Sekiranya pendapat Jeffery dan orientalis yang lain benar bahwa tidak adanya titik dan<br />
harakah menjadi penyebab utama perbedaan qira’ah, maka Mushaf Uthmani akan<br />
memuat mungkin jutaan masalah qira’ah, namun ini tidak terjadi. Selain itu,<br />
argumentasi Jeffery juga salah karena para Qurra’ banyak sekali yang sepakat dengan<br />
qira’ah dalam ortografi yang sama. 74<br />
Pendapat Jeffery yang mengatakan bahwa terdapat sejumlah Mushaf-Mushaf<br />
yang menandingi Mushaf ‘Uthmani juga tidak tepat. Mushaf-Mushaf tersebut saling<br />
berbeda antara satu dengan yang lain. Selain itu juga, terdapat sejumlah permasalahan<br />
mendasar di dalam Mushaf-Mushaf tersebut, yang sebenarnya adalah catatan pribadi<br />
para sahabat. Jadi, tidak tepat menganggap bahwa catatan tersebut sebagai al-Qur’an.<br />
Mushaf Abdullah ibn Mas’ud, misalnya, tidak mencantumkan surah al-Fatihah, al-Nass<br />
dan al-Falaq. Dalam pandangan Jeffery, al-Qur’an sebenarnya tidak memuat al-Fatihah.<br />
Pendapat ini jelas keliru. Al-Fatihah adalah surah di dalam al-Qur’an yang paling sering<br />
dibaca dan bagian yang integral dari setiap rakaah. Di dalam sholat yang dapat<br />
diidengar, di baca 6 kali dalam satu hari dan 8 kali pada hari Jum’at. Oleh sebab itu, di<br />
dalam al-Tafsir al-Kabir, Fakhruddin al-Razi menolak pendapat yang mengatakan bahwa<br />
‘Abdullah ibn Mas‘ud mengingkari al-Fatihah sebagai bagian dari al-Qur’an.<br />
Jeffery juga berpendapat bahwa ‘Abdullah ibn Mas‘ud menganggap surah al-Nas<br />
dan al-Falaq tidak termasuk di dalam al-Qur’an. Pendapat ini tidak tepat karena yang<br />
dari murid-murid Ibn Mas‘ud, selain Zirr, semua meriwayatkan al-Qur’an dari Ibn<br />
Mas‘ud secara keseluruhan 114 surat. Menurut al-Baqillani, Ibn Mas‘ud tidak pernah<br />
menyangkal bahwa al-Fatihah dan juga surah al-mu’awwidzatain adalah bagian dari al-<br />
Qur’an. Orang lain yang salah dengan mengatasnamakan pendapat ‘Abdullah ibn Mas‘ud.<br />
Selain itu juga, Jeffery sendiri mengakui terdapat perbedaan mengenai isi dari<br />
Mushaf ‘Abdullah ibn Mas’ud. Versi yang dikemukakan oleh Ibn Nadim di dalam Fihrist<br />
berbeda dengan versi al-Suyuthi di dalam Itqan. Selain itu, Ibn Nadim juga menyebutkan<br />
bahwa dia sendiri telah melihat al-Fatihah di dalam Mushaf lama Ibn Mas‘ud.<br />
Mengenai al-Nas dan al-Falaq, seandainya kedua surah tersebut tidak termasuk<br />
dari al-Qur’an, niscaya akan muncul banyak riwayat di dalam hadith yang membenarkan<br />
73<br />
Ahmad ‘Ali al-Imam, Variant Readings of the Quran: A Critical Study of Their Historical and Linguistic Origins, Virginia: The International<br />
Institute of Islamic Thought, 1998.<br />
74<br />
Muhammad Mustafa al-Azami, The History of The Qur’anic Text, from Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and<br />
New Testaments, Leicester: UK Islamic Academy, 2003<br />
Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadis 51