07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

divinity, bukan “deity” atau “God”, dan dalam bahasa Jerman<br />

Gottheit atau Gottlichkeit. Ia pun bukan Gott. Hanya teologi<br />

yang dapat menjelaskan dengan memberikan definisi mengenai<br />

apa yang dimaksudkan dengan ketuhanan itu secara nyata.<br />

(Dikutip dari Aritonang 2004: 256)<br />

Boleh jadi hanya teologi yang dapat menjelaskannya. Namun,<br />

dalam sejarah, ruang debat itu lebih merupakan tarik-menarik di<br />

antara berbagai kepentingan politis, bukan teologis! Rumusan itu<br />

rentan untuk ditafsirkan dalam kerangka tauhid Islam (atau lebih<br />

luas: asas monoteisme) bahwa “Ketuhanan Yang Maha Esa” tidak<br />

lain adalah “Keesaan Tuhan.” Hal ini jelas terlihat ketika prinsip<br />

tersebut diterjemahkan ke dalam batang tubuh konstitusi, seperti<br />

nyata dalam diskusi di bawah ini.<br />

Kedua, terkait dengan soal di atas, kerancuan itu memperoleh<br />

wajah konkret dalam rumusan pasal 29 UUD 1945 yang problematis.<br />

Dalam ayat 1 pasal itu ditegaskan, “Negara berdasarkan atas<br />

Ketuhanan Yang Maha Esa,” yang kemudian dijelaskan, dalam penjelasan<br />

resmi, “Ayat ini menegaskan kepercayaan bangsa Indonesia<br />

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.” Ada beberapa masalah: apakah<br />

ini berarti penegasan prinsip tauhid (paham monoteisme), dan<br />

karena itu negara sudah mengambil salah satu paham ketuhanan<br />

tertentu? Jika tafsiran itu benar, bagaimana dengan agama-agama<br />

atau kepercayaan yang bukan monoteis, atau bahkan non-teis, apalagi<br />

a-teis? Selain itu, apa alasannya sehingga negara butuh menegaskan<br />

dasar kepercayaannya? <br />

<br />

Di masa lalu, persoalan senada sempat menjadi perhatian K.H. Agoes<br />

Salim, seorang tokoh Islam dan pejuang kemerdekaan terkemuka. Dalam salah<br />

satu esainya, yang meninjau kedudukan Kementrian Agama, ia memberi tafsir<br />

xiv<br />

– <strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> (Buku 1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!