07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

melakukan kritik diri, yaitu sikap yang sangat penting dalam kehidupan<br />

yang majemuk, tanpa harus menghilangkan atau menghapus<br />

identitas keagamaan.<br />

Terkait dengan liberalisme dalam beragama, maka persoalan yang<br />

pertama kali harus dirumuskan adalah bagaimana mensosialisasikan<br />

gagasan ini kepada umat beragama yang taat terhadap tatanan nilai<br />

yang sudah diyakininya. Menurut hemat saya, kebebasan atau semangat<br />

liberal mendorong pada suatu keadaan masyarakat di mana<br />

orang merasa aman dan tidak takut atau enggan untuk mengakui dan<br />

mengekspresikan keyakinan beragamanya. Yakni ketika warga negara<br />

Indonesia merasa tidak takut dan enggan lagi atau dilarang bila mengakui<br />

bahwa dirinya Ahmadiyah, Sikh, Yahudi, Parmalim, Kaharingan,<br />

Saptodharma dan seterusnya. Jadi, kebebasan di sini juga mempunyai<br />

hubungan, tidak saja dengan aspek hukum dan politik, tetapi juga<br />

dengan aspek sosial dan psikologis. Dalam pengertian lain kebebasan<br />

harus disertai dengan upaya menghargai yang lainnya.<br />

Ada faktor penting yang dalam liberalisme harus terus ditanamkan,<br />

yakni bahwa menghargai hendaknya bukan sekadar faktor saya merasa<br />

bebas dengan Anda karena Anda menghargai saya, tetapi sebaliknya juga<br />

Anda merasa enak dan nyaman dengan saya karena saya menghargai<br />

Anda. Dari rasa bebas saya lantas memberi implikasi yang positif juga<br />

pada Anda atau orang lain. Sehingga, kebebasan baik dalam agama,<br />

ideologi, maupun lainnya, ada batas-batas atau patokan yang harus<br />

dipatuhi dan dihargai secara timbal balik. Ya, perlu ada etika<br />

hidup bersama dalam masyarakat yang plural.<br />

Mengacu pada tradisi Protestantisme di mana sering dijadikan pemicu<br />

bahwa lantaran Martin Luther mengkritisi institusi gereja, lantas setiap<br />

436<br />

– <strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> (Buku 1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!