07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

Kedua, NU jadi terputus dari tradisinya. Yakni tradisi para<br />

pendirinya dulu dan orang-orang setelah mereka yang merupakan<br />

orang-orang yang lebih mementingkan aspek budaya. Artinya, tidak<br />

pentinglah menjadi pegawai negeri. Mereka bangga menjadi<br />

“bukan” pegawai negeri. Kakek saya atau ayah saya menjadi menteri<br />

tanpa menjadi pegawai negeri. Bahkan saya menjadi presiden<br />

tanpa menjadi pegawai negeri.<br />

Sekarang hampir semua ketua NU pada tingkat provinsi “bergaya”<br />

pegawai negeri. Inilah kenyataan yang terpenting. Maka,<br />

menurut saya, ke depan yang harus dibenahi dan dikerjakan adalah<br />

NU-nya terlebih dahulu.<br />

Bukan siapa-siapa. Sebab,<br />

bagaimana mungkin dua arah. Pada satu sisi, agama<br />

Agama hendaknya kita lihat dari<br />

kita menghilangkan hal-hal dipandang sebagai ajaran yang baku,<br />

yang negatif bila dia sendiri<br />

negatif. Jadi, katanya, sebagainya. Tetapi, agama bisa juga<br />

seperti rukun Islam, rukun iman dan<br />

ada persetujuan antara Din dilihat dari sudut yang maksimal,<br />

Syamsuddin dengan NU – yaitu ajaran Islam yang serba meliputi<br />

dalam hal pemberantasan berbagai segi, termasuk moralitas atau<br />

akhlak. Semua itu bisa dijalankan oleh<br />

korupsi. Itu menurut saya<br />

masyarakat sendiri, bukan negara.<br />

hanya persetujuan di atas<br />

Sebab negara ini milik bersama.<br />

kertas saja. Yang penting sebenarnya<br />

bagaimana kondisi<br />

setiap harinya. Hasyim Muzadi adalah seorang teman. Makanya<br />

saya bilang kepadanya, “Sampeyan ini ke sini (kantor PBNU) kok<br />

kayak Sumaker.” Schumacher dalam logat bahasa Jawa (sumaker).<br />

Yaitu, sugih macak kere (kaya tapi bergaya miskin). Dia mempunyai<br />

Jaguar, tetapi ke sini dia naik taksi. Nah, bagaimana mung-<br />

Abdurrahman Wahid –<br />

175

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!