07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

gerak ke ekstrem yang lain. Lihat saja Revolusi Prancis 1792. Pada<br />

masa itu masyarakat meninggalkan monarki dan mulai membangun<br />

republik, karena pada saat itu agama sangat mendominasi.<br />

Saat itu, semua fakta sosial tunduk pada agama.<br />

Sebagai reaksinya, masyarakat Prancis pada waktu itu cenderung<br />

anti-agama. Ini dilakukan, misalnya, kalau sebelumnya mereka<br />

biasa bekerja enam hari dan satu hari istirahat, diubah menjadi<br />

sembilan hari bekerja satu hari istirahat. Hal ini dilakukan untuk<br />

menghapus nilai-nilai agama. Bagi saya, ini adalah reaksi atau backlash,<br />

kalau memakai istilah Mark Jurgensmeyer. Juga kalau kita<br />

memakai istilah Gilles Kepel, motivasi revenge, ada semacam motivasi<br />

balas dendam di balik itu. Bagaikan ayunan bandul yang<br />

bergerak dari satu ekstrem ke ekstrem lain. Sampai kemudian Napoleon<br />

Bonaparte (1805) mengembalikan lagi menjadi enam hari<br />

bekerja, satu hari istirahat.<br />

Jadi, saya menganggap bahwa munculnya sekularisme bukanlah<br />

dengan sendirinya, melainkan karena adanya tekanan dari agama<br />

pada saat itu. Dan sebaliknya, kalau kita membaca buku Gilles<br />

Kepel, The Revenge of God, apabila agama ditekan maka akan memunculkan<br />

radikalisme agama.<br />

Ketika sekularisme atau sekularisasi tidak lagi dimaknai sebagai pemisahan<br />

antara yang privat dan yang publik, lantas konsep apa yang<br />

ditawarkan?<br />

Saya pikir konsep yang kita tawarkan tidak bisa abstrak atau<br />

lepas dari sejarah. Kalau kita menengok sejarah, sayang sekali – sebagaimana<br />

dijelaskan Jose Casanova – yang terjadi sebetulnya adalah<br />

deprivatisasi agama, bukan privatisasi. Meminjam istilah Max<br />

Benjamin F. Intan –<br />

341

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!