07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

aturan Pemerintah Pengganti UU; (3) Peraturan Pemerintah; (4)<br />

Peraturan Presiden; dan (5) Peraturan Daerah.<br />

Hierarki perundang-undangan dan peraturan di atas disusun<br />

berdasarkan materi muatan yang mau diatur, yang dijelaskan dalam<br />

pasal 8-14 UU No. 10/2004. Menurut pasal 8, materi muatan<br />

yang diatur oleh UU mencakup baik pengaturan lebih lanjut yang<br />

diperlukan guna menjabarkan UUD 1945, termasuk di sini pasalpasal<br />

yang berkaitan dengan HAM (Bab XA, pasal 28A-J UUD<br />

1945), maupun yang diperintahkan untuk diatur lebih lanjut.<br />

Sementara itu, Peraturan Daerah (Perda) mengatur materi khusus,<br />

yakni “seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan<br />

otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi<br />

khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundangan<br />

yang lebih tinggi” (pasal 12).<br />

Menarik bahwa hierarki itu tidak mencantumkan sama sekali<br />

produk peraturan seperti SKB (Surat Keputusan Bersama), PBM<br />

(Peraturan Bersama Menteri), Instruksi Menteri, atau Surat Keputusan<br />

(SK) dan sejenisnya. Sebab seluruh produk peraturan tersebut<br />

hanya memiliki kewenangan mengikat ke dalam, baik intra-departemen<br />

bersangkutan maupun inter-departemen, dan tidak memiliki<br />

kewenangan yang mengikat ke luar departemen. Catatan ini perlu<br />

ditegaskan, karena di Indonesia justru banyak sekali peraturan di<br />

bawah UU yang melampaui kewenangannya.<br />

Persis kerancuan seperti inilah yang kita hadapi sekarang. Dalam<br />

kaitannya dengan persoalan kebebasan beragama/berkeyakinan,<br />

yang menurut muatannya masuk ke dalam ranah HAM sehingga<br />

hanya dapat diatur oleh UU, kerancuan itu tampak sangat jelas dan<br />

berakibat fatal. Misalnya, Khonghucu kehilangan statusnya sebagai<br />

“agama resmi” dengan keluarnya Inpres No. 14/1967, yang nanti-<br />

<strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong>: Catatan Pengantar –<br />

xxv

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!