07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

Seiring dengan bergulirnya reformasi, mestinya ruang kebebasan beragama<br />

di negeri ini juga makin luas. Akan tetapi ternyata yang menonjol<br />

adalah kelompok-kelompok sektarian yang memanfaatkan mekanisme<br />

demokrasi untuk mendesakkan paham keagamaan mereka agar menjadi<br />

acuan dalam pengaturan kehidupan publik sebagaimana belakangan ini<br />

ramai penerapan syariat Islam<br />

melalui perda-perda. Bagaimana<br />

tanggapan Anda?<br />

kita menerima pluralitas<br />

Dengan sikap apa dan bagaimana<br />

masyarakat<br />

itu? Ya, dengan pluralisme. Sebab<br />

Di atas telah saya singgung<br />

bahwa dalam meng-<br />

kemunculan ide pluralisme justru<br />

berangkat dari anggapan bahwa<br />

atur kehidupan publik, terutama<br />

dalam kaitan dengan karena itu pluralisme diperlukan<br />

agama-agama itu tidak sama dan<br />

kehidupan bernegara, mestinya<br />

kita menghindari sikap<br />

kita yang plural itu.<br />

untuk menjawab realitas masyarakat<br />

eksklusif-sektarianistik yang<br />

berakibat ada sebagian warga negara merasa menjadi tamu di negerinya<br />

sendiri. Karena itu, seperti saya kemukakan di atas, kita<br />

bisa menggunakan pendekatan yang bersifat substansial dan bukan<br />

simbolik. Atau, dalam idiom kepustakaan Islam, pendekatan yang<br />

lebih mengutamakan ruh al-syarî‘ah dan bukan siyâsah al-syarî‘ah.<br />

Ruh al-syarî‘ah menyangkut nilai atau tujuan syariah, yakni, yang<br />

dalam kepustakaan Islam klasik disebut, mashâlih al-‘ibâd atau<br />

kesejahteraan manusia. Sedangkan siyâsah al-syarî‘ah menyangkut<br />

metode implementasi tujuan syariah itu sendiri. Berkenaan dengan<br />

siyâsah al-syarî‘ah ini maka ia tidak lepas dari faktor konteks ruang<br />

dan waktu.<br />

Khalifah Umar ibn Khattab, hanya beberapa tahun setelah<br />

Nabi Muhammad wafat, demi memelihara ruh al-syarî‘ah, telah<br />

Djohan Effendi –<br />

397

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!