07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

kita melawan atau menentang itu, lagi-lagi, bukan karena perda<br />

syariah, melainkan substansinya. Saya prihatin, penolakan terhadap<br />

perda syariah lebih karena ada sesuatu yang terdapat di bawah sadar<br />

atau di atas kesadaran, yang ramai-ramai menciptakan sebuah<br />

gerakan melawan apa yang disebut perda syariah.<br />

Bagi saya, tidak ada perda syariah. Oke, katakanlah Bulukumba<br />

mau menerapkan hukum Islam. Saya kira harus dilihat dulu<br />

hukumnya seperti apa. Kalau hukum itu sama atau mirip dengan<br />

perundangan di tingkat nasional yang ada hubungannya dengan<br />

agama, ya bagaimana kita mau menolaknya. Kalau kita menolaknya,<br />

tolak juga dong yang di pusat. Di sisi lain, di Madura atau<br />

daerah Jawa Timur bupatinya mewajibkan pegawai pemerintahan<br />

daerah untuk memakai baju koko kalau hari Jumat, membaca al-<br />

Quran, bagi saya itu bukan peraturan agama. Jangan kemudian itu<br />

diredusir sebagai bagian dari perda syariah. Nanti dulu. Dan, yang<br />

paling penting, mengapa kita bisa menerima Aceh menggunakan<br />

syariat Islam? Mengapa negara memberi? Dan mengapa teman-teman<br />

yang mengkritik perda syariah tidak pernah mengkritik Aceh<br />

secara terbuka? Apa betul masyarakat Aceh minta syariah? Bagaimana<br />

kalau alasan dan cara yang sama dilakukan di daerah lain,<br />

misalnya dengan adanya otonomi daerah, lalu masyarakat Bulukumba<br />

minta untuk diperlakukan sama dengan Aceh? Kalau pemerintah<br />

menolaknya, lantas mereka memperjuangkannya seperti<br />

masyarakat Aceh agar pemerintah memberikannya, bagaimana? Apa<br />

begitu cara kita bernegara?<br />

Semua ini harus dipandang jernih. Orang yang pro Islam literal<br />

dan yang pro Islam substansial harus jernih melihatnya. Saya<br />

kira, usaha Soekarno di Indonesia, Gandhi dan Nehru di India,<br />

dan Gamal Abdul Naser di Mesir pada tahun 1940-an sudah tepat.<br />

294<br />

– <strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> (Buku 1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!