07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

Pertanyaan selanjutnya, haruskah negara mengadopsi pemahaman<br />

seperti itu? Jika pemahaman seperti itu dibolehkan, bagaimana<br />

dengan orang Islam yang mempunyai paham bahwa orang yang<br />

mencuri tidak harus dipotong tangannya? Mereka percaya bahwa<br />

kata ‘yad’ di dalam al-Quran tidak harus diterjemahkan secara harfiah<br />

‘tangan.’ Melainkan, bisa juga ‘kekuasaan.’ Jadi kekuasaannya<br />

yang dipotong. Pandangan seperti ini sendiri tidak mungkin diakomodasi<br />

oleh negara.<br />

Inilah yang saya maksud dengan harus adanya akomodasi<br />

parsial. Hal-hal dalam Islam yang bisa diakomodir oleh negara<br />

adalah yang paling sedikit menimbulkan gejolak di masyarakat,<br />

sementara yang sebaliknya tidak bisa. Karena Indonesia bukan<br />

negara Islam.<br />

Pada titik-titik tertentu sebenarnya kita sudah melakukan proses<br />

akomodasi itu. Dan itulah sebenarnya yang terjadi di negeri<br />

ini. Yaitu bahwa Indonesia bukan negara sekular, tetapi juga bukan<br />

negara agama. Melalui konstitusi dan perundang-undangan lainnya<br />

negara bukan hanya mengizinkan warganya untuk menjalankan<br />

ajaran agamanya, tetapi justru membantu terselenggaranya ajaran<br />

agama. Inisiatif negara untuk mendirikan berbagai rumah ibadah<br />

adalah salah satu contoh konkretnya.<br />

UU Peradilan Agama adalah bentuk lain dari akomodasi parsial<br />

yang saya maksudkan. Tapi hal ini tetap tidak dimaksudkan<br />

untuk memaksa semua orang agar melaksanakannya. Artinya, tidak<br />

semua persoalan orang Islam harus diselesaikan di peradilan<br />

agama. Negara memberi kebebasan untuk memilih. Maka, kalau<br />

tidak mau menyelesaikan persoalan melalui Peradilan Agama, bisa<br />

melalui Pengadilan Negeri. Menurut Pak Munawir Syadzali (alma-<br />

276<br />

– <strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> (Buku 1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!