07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

Dalam memahami konteks reformasi Lutherian dan Calvinian<br />

maka kita dihadapkan pada suasana tradisi Protestantisme yang<br />

mendorong pada kebebasan umat, teolog atau awam untuk boleh<br />

membaca dan menafsir Alkitab dengan caranya sendiri. Juga terbuka<br />

kesempatan bagi siapapun untuk mempraktikkan hasil penafsiran<br />

terhadap apa yang dibaca, bahkan bila ingin membentuk satu komunitas<br />

baru sekalipun. Memang tentang hal ini tidak ada yang<br />

tertulis dengan jelas, tetapi lebih sebagai pengaruh atau implikasi<br />

dari tradisi Protestantisme yang ada selama ini. Perihal tradisi ini<br />

dalam Kristen, menyitir obrolan orang: gereja Protestan kerap disebut<br />

gereja yang suka protes!<br />

Hal inilah yang kemudian dapat menjelaskan mengapa dalam<br />

sejarah Protestantisme di Indonesia bermunculan banyak gereja Protestan<br />

dengan beraneka ragam pemahaman yang dikembangkan dan<br />

diekspresikan secara berbeda-beda. Bahkan saya sendiri sebagai seorang<br />

Protestan kadang-kadang bingung dan tidak tahu persis dengan keberadaan<br />

beberapa gereja tertentu. Walaupun sebenarnya berkembangnya<br />

banyak gereja yang berbeda-beda tidak semata-mata karena perbedaan<br />

doktrin yang disebabkan oleh pembacaan dan penafsiran Akitab secara<br />

bebas, tetapi ada juga yang muncul lebih karena persoalan internal<br />

gereja, misalnya soal organisasi, kesalahpahaman antar-pimpinan, soal<br />

duit, dan macam-macam sebab lainnya. Menurut saya, keadaan ini tidak<br />

bisa langsung dikaitkan dengan faktor kebebasan beragama, tetapi<br />

lebih dari situasi sebab-akibat di dalam tradisi atau persoalan agama<br />

secara internal yang kemudian memproduksi kelompok-kelompok baru<br />

intra-agama. Barangkali ketika akan mendirikan atau membentuk gereja<br />

atau kelompok baru, orang-orang tersebut tidak berpikir sama sekali<br />

ihwal semangat kebebasan beragama, tetapi lebih mempertimbangan<br />

antara adanya alasan seperti kesempatan dan, tidak bisa dipungkiri juga,<br />

438<br />

– <strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> (Buku 1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!