mensen van de ayfat - Stichting Papua Erfgoed
mensen van de ayfat - Stichting Papua Erfgoed
mensen van de ayfat - Stichting Papua Erfgoed
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
ICHTISAR<br />
Studi etnografi ini berdasarkan atas bahan-bahan hasil penyelidikan yang saya<br />
kumpulkan selama menjalankan 'fieldwork' didaerah Ayfat, Irian Jaya, Indonesia,<br />
yang berlangsung antara bulan Agustus tahun 1969 dan bulan Pebruari tahun 1972.<br />
Dari literatur mengenai upacara tukar-menukar kain timur (yang berasal dari<br />
Indonesia timur) didaerah yang berdampingan <strong>de</strong>ngan Ayamaru ternyata bahwa didaerah<br />
Ayfatpun upacara ini berperanan besar.<br />
Karena didaerah Ayfat ini belum pernah diadakan penyelidikan sebelumnya, maka<br />
perhatian saya tidak hanya ditujukan pada upacara tukar-menukar kain timur<br />
yang berhubungan <strong>de</strong>ngan organisasi sosial, tetapi juga ditujukan kepada penghidupan<br />
materi mereka dan peristiwa-peristiwa mengenai kelahiran, penyakit dan<br />
kematian.<br />
Bab yang pertama menggambarkan tentang jenis daerah, iklim, penyebaran penduduk<br />
kebeberapa daerah dan <strong>de</strong>sa-<strong>de</strong>sa yang didirikan sejak Perang Dunia kedua,<br />
<strong>de</strong>mikian pula tentang sejarah kontak kebudayaan.<br />
Bab yang kedua menggambarkan hidup sehari-hari dan kebudayaan materi. Disamping<br />
uraian tentang makanan yang berasal dari tanam-tanaman yang diketemukan<br />
dlhutan rimba dan hasil tanaman kebun mereka, bab ini menguraikan pula beberapa<br />
cara mengenai perburuan dan penangkapan ikan, jenis-jenis bangunan perumahan,<br />
alat-alat rumah tangga dan perlengkapannya, tentang pakaian dan perhiasan<br />
dilukiskan <strong>de</strong>ngan gambar-gambar dan keterangan-keterangan dan diakhiri <strong>de</strong>ngan<br />
uraian-uraian mengenai penggunakan uang kertas.<br />
Bab yang ketiga menceritakan sumber-sumber kekuatan menurut kepercayaan penduduk<br />
Ayfat yang menentukan hidup dan mati. Manusia mempunyal jiwa yang dapat<br />
mengembara dan sumber kekuatan yang bersemangat. Sumber kekuatan yang bersemangat<br />
tak pernah meninggalkan tubuh.<br />
Ruh-ruh nenek-moyang yang berasal dari 'dunia lain' tetap mempengaruhi hidup<br />
manusia, terutama mempengaruhi kewajiban-kewajiban upacara tukar-menukar kain<br />
timur.<br />
Kerapkali terjadi bahwa wanita-wanita disangka dan dituduh sebagai seorang<br />
yang kemasukan setan (suanggi). Wanita-wanita ini menurut kepercayaan mereka<br />
harus dibunuh, karena ruh babi (kapes fane) yang bersemayam dalam tubuh mereka<br />
merupakan penyebab penyakit dan kematian.<br />
Disamping itu adapula sumber kekuatan yang kadang-kadang menuntut kurban manusia.<br />
Setelah uraian-uraian mengenai sexualitet, kelahiran, penyakit, penyembuhan<br />
dan kematian maka disusul pula <strong>de</strong>ngan uraian-uraian mengenai necha mamos, yaitu<br />
beberapa upacara yang berhubungan <strong>de</strong>ngan orang-orang yang berpengaruh besar<br />
yang telah meninggal. Ternyata bahwa upacara-upacara ini berhubungan erat <strong>de</strong>ngan<br />
upacara tukar-menukar kain timur.<br />
Ray mechar, yaitu dukun-dukun yang berkuasa besar, mereka bahkan berkuasa atas<br />
sumber-sumber kekuatan yang bersifat mendorong dan sumber-sumber kekuatan yang<br />
bersifat membinasakan.<br />
Orang-orang yang menghadapi maut, kecelakaan dan musuh merasa tak berdaya,<br />
hingga mereka mencari hubungan <strong>de</strong>ngan seorang dukun yang dicerminkan <strong>de</strong>ngan<br />
rasa cemas bercampur harapan. Bab yang terakhir melukiskan bagaimana seorang<br />
ray popot, yaitu tokoh dalam upacara tukar-menukar, menggunakan kekuasaannya.<br />
Kebanyakan dari mereka adalah dukun.<br />
Dalam bab yang keempat saya uraikan tentang organisasi sosial masyarakat Ayfat.<br />
Hingga beberapa puluh tahun yang lalu mereka hidup berkelompok sekeluarga atau<br />
<strong>de</strong>ngan beberapa keluarga dikebun rimba mereka, yang seringkali berpindah-pindah.<br />
Selatah tahun 1950 pemerintah mendorong inereka supaya berumah di<strong>de</strong>sa-<strong>de</strong>sa.<br />
223