03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dan yang paling sensitif adalah ini.<br />

Suatu sore di sebuah taman<br />

didekatainya Sarinah, dirangkulnya, dipeluknya<br />

Diciumnya-siapa tahu asmara bisa menyala-semua sia-sia<br />

(hal. 129).<br />

Bukan tiada upaya melawan kodrat. Sepanjang hayat,<br />

Sudah kulawan naluriku selama ini<br />

tapi aku tak mampu!<br />

(hal. 145).<br />

Akhirnya berserah juga pada takdir Ilahi.<br />

Ya Allah, Kau jadikan ragaku lelaki<br />

tapi hatiku sepenuhnya perempuan<br />

Kini ikhlas kuterima semuanya<br />

Bantu aku ya Allah, memulai hidup baru<br />

(hal. 147).<br />

Hidup baru tidaklah mudah. Diperlukan jalan baru,<br />

wawasan baru. Mungkin juga perlawanan dan perjuangan<br />

baru. Tapi karangan Denny JA bukan puisi perlawanan atau<br />

puisi sosial yang selama ini kita pahami, kata Sapardi. Dalam<br />

fotografi, tulis Sapardi, ada yang disebut foto esai (sebuah<br />

ibarat bagi ikhtiar Denny), yakni serentetan foto yang berkisah<br />

tentang suatu isu. Menobatkannya sebagai balada, Kleden<br />

menangkap niat Denny untuk mencobakan bentuk lain dalam<br />

berekspresi, dengan menggabungkan esai dan puisi.<br />

Satra Advokasi<br />

Apakah niatan itu bisa berhasil mengadvokasi semangat<br />

anti-diskriminasi? Mengingat rumitnya isu ini, tentu itu<br />

bukan kerja sekali jadi. Konon, buku ini diniatkan sebagai<br />

upaya advokasi. Umumnya memang mengandung kata dan<br />

kalimat indah. Aib utamanya mungkin pada kehendak menjaga<br />

alur berkisah, seakan-akan sudah diproyeksikan untuk<br />

108 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!