03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

medium penampung kegelisahan sang penulis sekaligus<br />

menjadi alat perlawanan dengan caranya yang bersahaja.<br />

Tetapi, kendati Seno memakai medium sastra, toh sekarang<br />

ini ia bisa menjalani keduanya (jurnalistik dan sastra) secara<br />

rukun tanpa harus menjatuhkan dan mengebiri dua sifat<br />

kepenulisan yang berbeda tadi. (Kukira yang dirimu lakukan<br />

untuk merukunkan puisi dan esai patut diapresiasi oleh duni<br />

sastra kita hari ini).<br />

Pada ranah ini, Seno tidak bermaksud untuk "mencari<br />

selamat" di jalan sastra, ketika jalan jurnalistik itu berkelokkelok<br />

tajam. Ia memakai medium sastra karena sifat sastra<br />

itu sendiri yang kadung dianggap non fiksi, bohong belaka,<br />

tidak perlu dipercayai kebenarannya. Berbeda dengan sifat<br />

jurnalistik yang harus mengacu pada kejadian yang sebenarnya,<br />

obyektif dan harus bisa dipertanggungjawabkan.<br />

Namun terlepas dari common sense tadi, pada saat yang<br />

lain, sifat sastra itu bisa dengan cepat masuk dan menghantui<br />

alam pikiran pembaca. Pembaca bertanya-tanya dan<br />

akhirnya dipaksa menerka maksud yang diinginkan oleh<br />

sang penulis. Pada cerpen "Menunggu Kematian Paman<br />

Gober", Seno dengan apik mengemukakan realitas sosial<br />

terkini pada zaman itu. Pada saat yang hampir bersamaan,<br />

pembaca digiring secara intertekstual pada ingatan<br />

keindonesiaan yang dipicu dari sifat-sifat Paman Gober yang<br />

serakah itu. Lantas siapa-lagikah yang bisa menyamai<br />

keserakahan Paman Gober selain pemegang kuasa Orde<br />

<strong>Baru</strong>. Tanpa harus menggurui, Seno telah berhasil menyampaikan<br />

kritik tajam sekaligus mengadvokasi penyadaran dan<br />

membuka kembali jendela ingatan para pembaca terhadap<br />

realitas sosial yang mungkin sudah tertutup oleh hiruk-pikuk<br />

dan rutinitas kita yang pelupa.<br />

132 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!