03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

sesekali, daun, ranting, serta buah jatuh di<br />

hulu, si menghilir itu bagaikan mengincar<br />

rerongga mulut. sama persis dengan apa<br />

yang dikatakan ayahnya, “akan ada rejeki!”<br />

detik jadi menit. siang menjelma petang<br />

sedang malam menggenapkan hari, lalu<br />

berubah jadi bulan sehingga hitungan bulat<br />

menjejak pada besaran: hari keempat puluh<br />

saat terjaga setengah terlelap dan terlelap<br />

dalam sekuatnya bersijaga, berada antara<br />

tertidur dan bermimpi: seorang lelaki tua<br />

dengan janggut serta rambut putih datang.<br />

Dengan diksi yang apik, tanpa metafor atau perlambangan<br />

yang meledak-ledak, Beni Setia membangun cerita<br />

tahap demi tahap secara lurus, nyaris tanpa lanturan yang<br />

tak berarti. Pengembangan cerita dibangun dengan halus<br />

dan konflik pun tidak dibuat tajam. Kisah pun ditutup dengan<br />

keluh tertahan semacam ini:<br />

kini tertinggal hanya arak-arakan bersih<br />

desa, cuma pamong takut dilorot yang<br />

tidak berkenan menyelenggarakan ritual<br />

—tahun demi tahun semua mengendap jadi.<br />

Secara halus “Interegnum” menyoal masalah kekosongan<br />

kekuasaan, dan bersama itu —lewat kisah rak-yat<br />

dan sejarah lokal tentang masa yang silam— membuka berbagai<br />

kemungkinan tafsir yang mengarah pada berbagai<br />

masalah yang dihadapi <strong>Indonesia</strong> saat ini: otonomi daerah,<br />

pilkada, intrik politik, pagebluk sosial-politik, lemah —bahkan<br />

kosong—nya otoritas kuasa negara, dan sebagainya.<br />

Dengan mengatur nafas secara hati-hati, Beni Setia berhasil<br />

membawa kisahnya sampai garis finish dengan stamina<br />

yang terjaga. Dalam kasus ini, kehati-hatian Beni Setia yang<br />

174 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!