03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Rendra meneliti “metode”-nya dari waktu ke waktu<br />

dalam mendamaikan amanat batin dan cetusan pikirannya<br />

dengan sarana ekspresi yang dapat menyampaikan pesan<br />

itu atas cara yang semakin membuat senyawa isi dan bentuk<br />

sebuah sajak. 2 Sutardji Calzoum Bachri bersajak untuk<br />

membuktikan bahwa kata mempunyai kehidupan semantis<br />

yang lebih liar dan lebih kaya dari konsep-konsep yang<br />

dibakukan para penyusun kamus. 3 Joko Pinorbo, penyair<br />

celana dan sarung bersajak tentang hal yang sangat seharihari<br />

yang apabila dipersonifikasikan akan memperlihatkan<br />

dimensi kehidupan yang sering tenggelam dalam banalitas,<br />

tetapi bisa diajak bicara dalam dialog yang memikat dan<br />

penuh inspirasi.<br />

Di tahun enam puluhan, menulis sajak untuk mengabadikan<br />

momen-momen perubahan politik dari Orde Lama<br />

ke Orde <strong>Baru</strong>, khususnya tentang emosi dan determinasi<br />

para mahasiswa dalam menggerakkan suatu perubahan<br />

politik yang besar dan bersejarah: Sebuah jaket berlumur<br />

darah/ Kami semua telah menatapmu/ Telah berbagi duka<br />

yang agung/ dalam kepedihan bertahun-tahun/ Sebuah<br />

sungai membatasi kita/ di bawah terik matahari Jakarta/<br />

antara kebebasan dan penindasan/ berlapis senjata dan<br />

2<br />

“Saya hidup dengan disiplin pribadi yang kuat. Saya tengah mencari ‘bentuk<br />

seni’ yang tepat untuk isi pikiran dan rohani saya yang sedang terlibat dengan<br />

persoalan sosial-ekonomi-politik. Bentuk yang saya pakai dulu tidak memenuhi<br />

kebutuhan saya sekarang”. Lihat Rendra, Mempertimbangkan Tradisi, Jakarta,<br />

Penerbit PT Gramedia, 1984, hal. 65.<br />

3<br />

“Kata-kata harus bebas dari pengertian, dari beban idea. Kata-kata harus bebas<br />

menentukan dirinya sendiri.” Sutardji Colzoum Bachri, “Kredo <strong>Puisi</strong>”, dimuat<br />

dalam Sutardji Colzoum Bachri, O Amuk Kapak: Tiga Kumpulan Sajak, Jakarta,<br />

Penerbit Sinar Harapan, 1981, hal. 13.<br />

58 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!