03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Puisi</strong> <strong>Esai</strong>: Fakta dan Fiksi<br />

tanpa Diskriminasi<br />

AGUS R. SARJONO<br />

Sebagaimana dalam ilmu silat, setiap jurus merupakan<br />

suatu jawaban atas situasi tertentu dan pada saat yang<br />

sama sekaligus membuka ruang bagi pertanyaan. “Ketika<br />

jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara,” demikian Seno<br />

Gumira Adjidarma. Ini sebuah langkah mencari jalan keluar,<br />

namun membuka peluang untuk diserang. Bukankah jika<br />

jurnalisme dibungkam, orang harus melawan sampai jurnalisme<br />

bisa bicara lagi dan bukan melarikan diri ke sastra<br />

sebagai saluran? Jika sastra dibungkam, bukankah sastra<br />

harus melawan agar bisa bicara, bukannya mencari lain<br />

saluran. Mereka yang aktif dalam jurnalisme di masa Orde<br />

<strong>Baru</strong> pasti tahu rasanya jadi orang pers. Mereka faham<br />

maksud Seno Gumira. Tapi, koran dan majalah tidak bisa<br />

lantas ditutup lalu ramai-ramai semua jurnalis bersastra.<br />

Mereka faham maksud Seno Gumira, ungkapan itu fakta<br />

sekaligus metafora. Maka, sastra menjadi jendela untuk orang<br />

bisa bicara, termasuk memperjuangkan kebebasan pers.<br />

PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA<br />

337

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!