03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

edaksi majalah sastra Horison dan Jurnal Sajak, dan dosen UIN Syarif<br />

Hidayatullah, Jakarta. Juga redaktur Jurnal Kritik. Alumnus Pondok<br />

Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura, IAIN (kini UIN) Syarif<br />

Hidayatullah Jakarta, dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas<br />

<strong>Indonesia</strong> (FIB-UI). Pernah menjadi ketua Komite Sastra dan Dewan<br />

Pekerja Harian Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Buku puisinya: Airmata<br />

Diam (1993), Reruntuhan Cahaya (2003), Garam-garam Hujan (2004),<br />

dan Burn Me with Your Letters (terjemahan Nikmah Sarjono, 2004). <strong>Puisi</strong>puisinya<br />

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Portugal, dan<br />

Korea. Menjadi kontributor sejumlah buku, dan (ko)editor lebih dari 25<br />

buku, antara lain: Romo Mangun di Mata Sahabat (1997), Wacana <strong>Baru</strong><br />

Fikih Sosial: 70 K.H. Ali Yafie (1997), Ulama Perempuan <strong>Indonesia</strong><br />

(2002), Gus Mus: Satu Rumah Seribu Pintu (2009); Dermaga Sastra<br />

<strong>Indonesia</strong>: Kepengarangan Tanjungpinang (2011), dll. Tulisannya dimuat<br />

dalam berbagai antologi sastra dan nonsastra, antara lain dalam Poetry<br />

and Sincerity (2006), Reinventing <strong>Indonesia</strong> (editor Komarudin Hidayat,<br />

2008), dll. Selain menjadi pembicara dan pembaca puisi di berbagai<br />

pelosok <strong>Indonesia</strong>, ia juga aktif mengikuti forum-forum sastra dan budaya<br />

di manca negara, antara lain: Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia,<br />

Mesir, Saudi Arabia, Iran, Jerman, dan lain-lain.<br />

LEON AGUSTA, Lahir di Maninjau, Sumatera Barat, 5 Agustus 1938.<br />

Menulis puisi, cerpen, novel, dan esai kebudayaan. Dia telah melahirkan<br />

beberapa karya, yaitu Monumen Safari (puisi, 1966), Catatan Putih (puisi,<br />

1975), Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (novel, 1978), Hukla (puisi,<br />

1979), Berkemah dengan Putri Bangau (puisi anak-anak, 1981), Hedona<br />

dan Masochi (cerpen, 1984). Di tahun 1976 dia mengikuti International<br />

Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat. Penyair yang pernah<br />

menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ini kini tinggal di Jakarta.<br />

Kumpulan puisi terbarunya, Para Pengembara (2012), dipentaskan di<br />

TIM, Jakarta, dan didiskusikan di beberapa universitas.<br />

MAMAN S. MAHAYANA, Kritikus dan Peneliti Sastra. Dosen Fakultas Ilmu<br />

Budaya dan Pascasarjana UI ini adalah Ketua Komite Sastra Dewan<br />

Kesenian Jakarta (2003-2006). Ia terpilih sebagai peneliti berprestasi di<br />

lingkungan UI (2003). Selain terlibat dalam banyak penelitian sastra dan<br />

budaya, ia kerap diundang sebagai pembicara dalam berbagai seminar<br />

sastra di <strong>Indonesia</strong> dan mancanegara. Kandidat Doktor di Universitas<br />

Kebangsaan Malaysia ini menulis esai dan kritik di berbagai media<br />

massa terkemuka di <strong>Indonesia</strong> dan Malaysia. Lebih dari 20 buku telah<br />

dieditorinya. Bukunya yang telah terbit antara lain: Ringkasan dan Ulasan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!